Infotangerang.id – Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus, hingga kini belum ada pengobatan yang spesifik. Bahkan, angka kematian dan bahaya Demam Berdarah Dengue cukup tinggi, terlebih diikuti pendarahan yang banyak sampai memerlukan rawat inap.

Menurut dr. Nurita Alami D.W, Sp.A saat perbincangannya bersama Doodle Exclusive Baby Care beberapa waktu lalu, Jadi pengobatannya fokus membantu anak untuk melewati masa-masa kritis ketika melewati DBD. Ia menjelaskan perbedaan Demam Berdarah Dengue (DG) dengan demam biasa? Dokter Spesialis Anak ini mengungkapkan di awal sakit gejala demam bisa mirip-mirip dengan penyakit flu atau biasa dikenal dengan istilah flu like syndrome.

“Demam berdarah sulit sekali turun, suhu pada 3 hari pertama yakni antara 38 hingga 40 derajat celcius. Dikatakan berbahaya ketika Demam Berdarah Dengue ini panasnya mencapai suhu normal hanya sebentar, dimana 2 hingga 4 jam turun hingga dikhawatirkan mengalami kejang atau rewel. Ketika musim hujan, ada tetangga yang mengalami DBD, jika anak mengalami demam sudah diberikan anti demam dengan dosis yang sesuai tidak bisa turun dalam waktu yang panjang. Hal inilah yang perlu ditanyakan kepada dokter spesialis anak,” katanya.

Demam Berdarah Dengue penyakit ini disebabkan oleh 4 macam virus, yakni dengue 1, dengue 2, dengue -3, dan dengue-4. Virus ini dibawah oleh nyamuk aides aigepty kemudian ditularkan melalui gigitan nyamuk yang berpindah-pindah dari anak satu keanak yang lain.

“Saat ini sudah ada vaksin demam berdarah yang bisa diberikan kepada anak mulai usia 6 tahun. Namun untuk mencegah penularan anak dibawah 6 tahun, masyarakat bisa melakukan 3M yakni Menguras, Menutup dan Mengubur, menyebarkan bubuk abate dan memberikan vaksin untuk usia anak diatas 6 tahun demi terhindar dari bahaya Demam Berdarah,” jelas Nuri.

Berbicara pada tipe demamnya, tipe demam mendadak tinggi dan respon terhadap anti demam tidak baik, yakni 3 hari pertama dan biasanya panas terus. Yang membedakan balita terkadang gejalanya mirip dengan penyakit lain, biasanya disertai dengan diare dan batuk pilek.

“Bahaya Demam Berdarah pada balita dengan gejala pendarahannya lebih hebat ada muntah darah dan BAB berdarah. Berbeda dengan usia anak yang lebih tinggi yakni diatas 5 tahun, biasanya mengalami demam, muntah, nyeri perut, linu-linu, pusing. Angka kematiannya untuk balita juga tinggi karena secara sistem imun anak balita belum matang sehingga gejalanya belum terlihat,” ungkapnya.

Menurutnya, anak usia 5 tahun atau balita belum dapat divaksin, dan yang harus dilakukan untuk memberantas penyakit infeksi pada balita seperti memastikan tempat hidup nyamuk tidak ada genangan di air bening atau sampah-sampah seperti botol plastik dan gentong. Selain itu, hati-hati terhadap gigitan aides aigepty yang menggigit pada pagi hari yakni Pukul 09.00 sampai pukul 12.00 dan sore hari pukul 16.00 hingga 18.00.

“Pastikan anak-anak terhindar dari gigitan nyamuk tersebut dengan memakai pakaian yang panjang. Menjaga imunitas dengan memperbaiki nutrisi, tidur yang cukup, lakukan vaksin bagi anak yang sudah cukup umur,” katanya lagi.

Dalam bincang-bincangnya bersama Doodle Exclusive Baby Care, wanita yang berprofesi sebagai dokter di Surabaya ini menuturkan, jika anak dalam kondisi yang baik-baik saja tetapi keping darah atau trombosit mulai turun dan akses ke fasilitas kesehatan jauh disarankan anak untuk rawat inap.

“Karena demam berdarah hingga saat ini belum ada, obat utama demam berdarah adalah infus atau cairan. Selama anak mengalami masa kritis, 3 hari pertama demam dan 4 hari selanjutnya merupakan masa kritis yang dibutuhkan adalah cairan,” tuturnya.

Disampaikan lagi, tetapi ketika semua itu tidak bisa lakukan rawat inap, karena akan dilakukan pemberian cairan pada hari keempat sampai ketujuh supaya menghindari gangguan tanda vital. Karena apabila tanda vitalnya terganggu maka gejala pendaraharannya akan berat, apalagi badannya sudah dingin akan menjadi sulit sembuhnya.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Nadia Lisa Rahman
Editor