Infotangerang.id–  KDRT pada anak bukanlah hal baru yang pernah terjadi.

Tingginya jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia menunjukkan bahwa peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga untuk melindungi keluarga sering disalahgunakan.

Selain istri yang sering menjadi korban langsung, anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga juga rentan terhadap dampak psikologis yang serius.

Itu sebabnya atasi KDRT pada anak penting dilakukan karena dampak KDRT tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup kerusakan mental yang serius.

Hal ini menegaskan bahwa Secara fisik, korban bisa mengalami luka parah, kecacatan, atau bahkan kehilangan nyawa.

Sementara secara psikologis, korban bisa mengalami trauma yang mendalam, serta mengalami gangguan kesehatan mental seperti stres, depresi, masalah tidur, dan bahkan gangguan jiwa.

Menurut informasi dari laman Very Well Mind, dampak langsung yang dialami anak-anak setelah menyaksikan atau mengalami KDRT perlu diperhatikan.

Terutama dalam hal kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan bahkan gangguan stres pasca trauma atau Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).

Oleh karena itu, sangat penting untuk atasi KDRT pada anak untuk mencegah dampak-dampak ini semakin berkembang.

Cara Atasi KDRT pada Anak

KDRT pada anak
KDRT pada anak

Atasi KDRT pada anak-anak merupakan hal yang sangat krusial.

Setiap anak yang mengalami atau menyaksikan KDRT akan bereaksi secara berbeda terhadap trauma yang mereka alami.

Beberapa mungkin menunjukkan ketangguhan, sementara yang lain mungkin lebih sensitif dalam menanggapi situasi tersebut.

Kunci keberhasilan atasi KDRT pada anak dari traumanya, sangat tergantung pada penanganan yang diberikan.

Meskipun sulit bagi seorang anak untuk melupakan pengalaman KDRT yang dialami atau disaksikannya, mereka dapat belajar bagaimana mengelola emosi mereka dengan baik.

Dikutip dari sumber-sumber seperti Very Well Mind dan Office on Women’s Health, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi KDRT pada anak:

1. Prioritaskan Keamanan Anak

Langkah pertama yang dapat diambil untuk atasi KDRT pada anak oleh orang tua adalah memastikan keamanan dan kesejahteraan anak.

Caranya dengan memberikan dukungan yang diperlukan kepada anak-anak yang mengalami KDRT, termasuk memastikan bahwa mereka memiliki kesempatan untuk meninggalkan lingkungan yang berpotensi berbahaya.

Melalui cara inilah, langkah atasi KDRT pada anak dapat membantu mencegah anak-anak dari pengalaman kekerasan lebih lanjut.

Tidak hanya itu, tindakan tersebut dapat memberi mereka peluang untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang lebih aman.

2. Edukasi Anak Tentang Hubungan yang Sehat

Anak-anak yang mengalami atau menyaksikan KDRT mungkin memiliki persepsi yang tidak sehat tentang hubungan romantis.

Orang tua dapat berperan dalam mengedukasi mereka tentang konsep hubungan yang sehat.

Melalui percakapan terbuka, orang tua dapat membantu anak-anak memahami pentingnya interaksi yang positif dan tidak adanya tempat untuk kekerasan dalam hubungan.

Mereka bisa diajari cara-cara yang sehat untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan.

Bagaimana pasangan seharusnya saling menghormati satu sama lain, serta memberikan pengertian bahwa kekerasan tidak pernah boleh menjadi bagian dari hubungan yang sehat.

3. Menyampaikan kepada Anak bahwa KDRT Bukanlah Kesalahan Mereka

KDRT pada anak
KDRT pada anak

Seringkali, anak-anak yang mengalami KDRT merasa bertanggung jawab atas situasi tersebut.

Itu sebabnya, penting untuk berbicara dengan mereka dan menegaskan bahwa hal itu bukanlah kesalahan mereka, melainkan kesalahan orang dewasa di sekitar mereka.

Anak-anak perlu dipahami bahwa mereka tidak bertanggung jawab untuk memperbaiki masalah rumah tangga tersebut.

Selain itu, dalam kasus KDRT pada anak, penting juga untuk memberi tahu anak bahwa mereka memiliki hak untuk menyampaikan perasaan mereka.

Menurut The National Child Traumatic Stress Network, anak-anak yang mengalami atau menyaksikan KDRT harus didorong untuk berbicara tentang perasaan mereka.

Selain itu, penting bagi pihak yang membantu anak dalam melepaskan traumanya, untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka agar merasa nyaman untuk berbagi.

4. Mendidik Anak tentang Pentingnya Batasan

Cara atasi KDPRT pada anak selanjutnya adalah dengan mendidik anak tentang pentingnya batasan.

Anak-anak perlu menyadari bahwa tidak ada yang memiliki hak untuk menyentuh mereka atau membuat mereka merasa tidak nyaman, termasuk guru, anggota keluarga, atau orang lain.

Selain itu, anak-anak juga harus memahami bahwa mereka tidak boleh menyentuh tubuh orang lain tanpa izin.

Jika ada seseorang yang meminta mereka untuk menghentikan tindakan tersebut, mereka harus segera mematuhi permintaan tersebut.

5. Mendukung Anak dalam Mencari Pendukung

Membantu anak-anak yang mengalami KDRT untuk menemukan seseorang yang dapat memberikan dukungan atau perlindungan adalah langkah penting.

Selain orang tua, anak-anak juga dapat mengandalkan konselor sekolah, terapis, atau orang dewasa yang dapat dipercaya.

Konselor sekolah memiliki kewajiban untuk melaporkan kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh anak-anak, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan dan perlindungan yang diperlukan.

6. Mengajak Anak untuk Mendapatkan Bantuan Profesional

Menurut Office on Women’s Health, salah satu jenis konseling yang sangat efektif untuk anak-anak yang mengalami KDRT adalah terapi kognitif perilaku atau cognitive behavioral therapy (CBT).

Terapi ini dirancang khusus untuk membantu anak-anak mengatasi masalah mental yang mungkin muncul akibat trauma KDRT, seperti kecemasan.

Selama sesi terapi, terapis akan bekerja dengan anak-anak untuk mengubah pola pikir negatif menjadi positif, serta membantu mereka belajar cara-cara yang sehat untuk mengelola stres.

Langkah-langkah Pencegahan KDRT pada Anak

KDRT pada anak
KDRT pada anak

KDRT pada anak seharusnya bisa dicegah supaya tidak memberikan efek negatif pada anak yang bisa menjadi dampak panjang mengerikan kedepannya.

Berikut langkah-langkah yang bisa menjadi pencegahan agar KDRT pada anak tidak terjadi, yakni:

1. Memberikan Pendidikan tentang Cara Melindungi Diri

Kejahatan fisik atau seksual sering terjadi ketika anak tidak berada di bawah pengawasan orang tua.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak-anak tentang cara menghadapi situasi yang membuat mereka merasa tidak nyaman.

Cara melindungi diri ini, bisa termasuk mengajari anak untuk berteriak, melarikan diri dari tempat kejadian, dan sebagainya.

Orang tua juga perlu menanamkan pemahaman kepada anak-anak bahwa mereka harus selalu menceritakan apa pun yang terjadi pada mereka dan membangun hubungan yang dekat antara orang tua dan anak.

2. Pendidikan tentang Etika dan Moral

Kekerasan terhadap anak dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh teman sebaya. Untuk mencegah terjadinya kekerasan, penting untuk menyelesaikan masalah dari akarnya.

Salah satu cara yang efektif adalah dengan meningkatkan pendidikan tentang etika dan moral, baik di rumah maupun di sekolah.

Saat ini, masih banyak sekolah yang hanya fokus pada aspek akademik saja, tanpa memperhatikan pendidikan moral.

Oleh karena itu, perlu ditingkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter untuk mencegah terjadinya kekerasan.

3. Memaksimalkan Peran Sekolah

Pencegahan KDRT pada anak juga bisa dilakukan melalui peran sekolah.

Sekolah perlu berperan sebagai lembaga kontrol sosial dengan mengevaluasi perilaku siswa secara teratur.

Selain itu, sekolah dapat menginisiasi kegiatan-kegiatan internal yang positif dan memfasilitasi interaksi antara orang tua dan siswa setidaknya sekali dalam setahun, seperti yang dilakukan oleh beberapa sekolah di Jepang.

Sekolah juga dapat membentuk petugas penjaga saat istirahat dari kalangan staf sekolah untuk memantau kegiatan siswa.

4. Membangun Komunikasi yang Baik dengan Anak

Banyak kasus menunjukkan bahwa anak cenderung menjadi tertutup tentang pengalaman kekerasan, bahkan kepada orang tua mereka.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membina komunikasi yang baik dengan anak-anak mereka sehingga anak merasa nyaman untuk berbicara tentang pengalaman mereka.

Komunikasi terbuka adalah kunci bagi anak untuk belajar menyampaikan perasaan mereka, dan hal ini harus dimulai dari lingkungan keluarga.

Orang tua perlu membiasakan diri untuk selalu bertanya kepada anak tentang pengalaman mereka di sekolah atau siapa teman yang paling dekat dengan mereka.

Ketika ada perubahan perilaku yang mencurigakan pada anak, penting bagi orang tua untuk mengajukan pertanyaan dan mendengarkan cerita anak dengan penuh perhatian.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow