INFOTANGERANG.ID – Ricuhnya Job Fair Bekasi 2025 jadi sorotan karena disebut hanya formalitas belaka. Benarkah perusahaan tidak sungguh-sungguh cari karyawan? Simak fakta lengkapnya di sini.
Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan kabar terkait Job Fair yang dinilai hanya ajang formalitas.
Keresahan masyarakat ini mencuat usai kericuhan terjadi di acara ‘Bekasi Pasti Kerja Expo’ pada Selasa, 27 Mei 2025, yang digelar di President University, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.
Acara yang seharusnya menjadi harapan bagi ribuan pencari kerja malah berujung ricuh karena jumlah pelamar kerja yang datang jauh melebihi kapasitas.
Padahal, panitia hanya menyiapkan kuota untuk sekitar 2.000 pelamar.
Namun kenyataannya yang hadir lebih dari 25.000 orang memadati lokasi.
Keributan terjadi ketika para peserta saling merebut memindai QR Code yang berisi daftar perusahaan.
Pamflet kode tersebut ditempel di dinding lokasi, membuat ribuan pelamar saling dorong hingga beberapa di antaranya jatuh pingsan karena kelelahan dan desak-desakan.
Banyak Pengangguran, Tapi Perusahaan Tidak Serius Rekrut?
Tragisnya, di balik kericuhan ini muncul kabar mengejutkan dari kalangan HRD perusahaan.
Salah satu HRD disebut membocorkan informasi bahwa banyak perusahaan hanya mengikuti job fair karena kewajiban dari pemerintah, bukan karena mereka benar-benar sedang membuka lowongan kerja.
Isu ini cepat menyebar di berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan X.
Netizen ramai-ramai menyebut bahwa 90 persen peserta perusahaan di job fair hanya hadir untuk memenuhi kewajiban formalitas, tanpa niat merekrut.
Bahkan, banyak komentar yang menyebut bahwa mengikuti job fair hanya buang waktu dan biaya, karena pada akhirnya tak ada panggilan kerja yang nyata dari perusahaan.
Data Pengangguran Masih Tinggi
Keresahan ini semakin terasa relevan jika melihat data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025.
Tercatat, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 153,05 juta orang, meningkat 3,67 juta dari tahun sebelumnya.
Namun jumlah pengangguran juga naik menjadi 7,28 juta orang, atau meningkat sekitar 80 ribu dibanding Februari 2024.
Meskipun tingkat pengangguran terbuka turun sedikit menjadi 4,67 persen, tetap saja jumlah penganggur di Indonesia masih terbilang tinggi.
Fakta ini menjadi bukti bahwa lapangan kerja masih belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat.
Menanggapi realita ini, banyak pengguna media sosial mulai menyarankan sesama pencari kerja untuk beralih ke platform digital pencari kerja yang dinilai lebih akurat, praktis, dan efisien.
Beberapa nama aplikasi seperti LinkedIn, JobStreet, dan Glints menjadi pilihan utama karena transparansi informasi lowongan yang lebih jelas.
Tak sedikit pula yang menyoroti pentingnya verifikasi pemerintah terhadap keikutsertaan perusahaan dalam job fair, agar kegiatan semacam ini tidak kembali mengecewakan pencari kerja.
