INFOTANGERANG.ID- Rencana pemerintah menaikkan tarif ojol 15 persen pada tahun 2025 menuai respons beragam.

Meski sekilas terlihat menguntungkan bagi pengemudi, kenyataannya kenaikan tarif ini justru lebih membebani konsumen dan tidak memberi peningkatan signifikan pada pendapatan driver.

Mari kita simak simulasi kenaikan tarif ojol 15 persen dibawah ini.

Simulasi yang dilakukan oleh Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) menunjukkan, bahwa kenaikan tarif ini lebih banyak menguntungkan aplikator dibanding mitra pengemudi, sekaligus menekan pengeluaran harian penumpang.

Simulasi Kenaikan Tarif Ojol 15 Persen

Dengan menggunakan tarif dasar sebelumnya, yaitu Rp2.500/km, perjalanan sejauh 5 kilometer biasanya memakan biaya Rp12.500 untuk sekali jalan. Berikut simulasi tarif baru jika tarif dasar naik 8–15 persen:

Kenaikan 8 Persen

  • Sekali jalan (5 KM): Dari Rp12.500 → Rp13.500
  • Pulang-pergi per hari: Dari Rp25.000 → Rp27.000

Total 20 hari kerja: Dari Rp500.000 → Rp540.000

Kenaikan 1 Persen

  • Sekali jalan (5 KM): Dari Rp12.500 → Rp14.375
  • Pulang-pergi per hari: Dari Rp25.000 → Rp28.750

Total 20 hari kerja: Dari Rp500.000 → Rp575.000

Jumlah ini belum termasuk biaya tambahan saat jam sibuk, minimnya promo, atau tarif dinamis lainnya. Artinya, kenaikan kecil secara persentase bisa berdampak besar secara akumulatif bagi masyarakat kelas pekerja.

Di sisi pengemudi, simulasi IDEAS memperkirakan pendapatan sebagai berikut:

Sebelum kenaikan:

  • Tarif: Rp2.500/km
  • 10 perjalanan x 5 KM: Rp125.000 (kotor)
  • Pendapatan bersih setelah potongan 20%: Rp100.000

Setelah kenaikan:

  • Tarif naik jadi Rp2.700 – Rp2.875/km
  • Pendapatan kotor: Rp135.000 – Rp143.750
  • Pendapatan bersih (setelah potongan): Rp108.000 – Rp115.000

Tampak jelas bahwa kenaikan pendapatan driver tidak sebanding dengan beban tambahan yang ditanggung penumpang, bahkan aplikator tetap mengambil potongan yang justru ikut naik, dari sebelumnya Rp25.000 menjadi Rp27.000 – Rp28.750 per hari.

Menurut Muhammad Anwar, peneliti IDEAS, masalah utama bukan pada tarif, tapi pada relasi kuasa antara aplikator dan pengemudi. Meski disebut “mitra”, para driver tidak memiliki posisi tawar dalam menentukan potongan, skema kerja, maupun insentif.

“Potongan 20 persen yang selama ini jadi tuntutan utama pengemudi justru tidak disentuh dalam kebijakan ini. Pemerintah seharusnya fokus memperbaiki relasi yang timpang, bukan hanya menaikkan tarif,” ujar Anwar dalam pernyataan tertulisnya.

Kenaikan tarif ojol 15 persen ini jadi pengingat bahwa solusi di sektor transportasi digital tidak bisa hanya berhenti pada angka tarif. Perlu keadilan dalam kemitraan, transparansi algoritma, dan regulasi aplikator yang berpihak pada kesejahteraan pengemudi dan konsumen.

Pihak Gojek Buka Suara

Induk perusahaan Gojek, GoTo, membuka suara atas rencana kenaikan tarif ojol 15 persen yang datang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). GoTo memastikan Gojek bakal mengikuti regulasi dari pemerintah.

Terkait rencana perubahan tarif roda dua (2W), sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pihak Kementerian Perhubungan pada Rapat dengan Komisi V DPR RI, saat ini kami sedang melakukan kajian menyeluruh bersama kementerian untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil membawa dampak positif bagi keseluruhan ekosistem,” kata Ade Mulya, Director of Public Affairs and Communications GoTo, di keterangan resminya, Selasa 1 Juli 2025.

Menurut Ade tarif semestinya kompetitif, sesuai regulasi dan mempertimbangkan tingkat daya beli masyarakat sesuai kondisi ekonomi saat ini.

Dia menjelaskan hal itu penting agar menjaga keberlanjutan ekosistem, memastikan peluang order atau permintaan tetap tinggi, sehingga mendukung penghasilan Mitra secara jangka panjang.

“Kami akan terus berkoordinasi dan bekerjasama dengan pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujar Ade.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Nadia Lisa Rahman
Editor
Nadia Lisa Rahman
Reporter