INFOTANGERANG.ID- Suasana demo SMAN 3 Tangsel memanas, ratusan warga dari tujuh Rukun Warga (RW) di Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, menggelar aksi damai sebagai bentuk protes atas hasil SPMB 2025.

Massa yang datang dari RW 010 hingga RW 016 tersebut menyuarakan kekecewaan mereka karena puluhan anak di lingkungan sekitar tidak diterima di sekolah tersebut, meskipun jaraknya sangat dekat dan nilai akademik mereka dianggap memenuhi standar.

Menurut keterangan Ketua RW 015, Mujianto, hanya sekitar 16 siswa dari 64 pendaftar yang diterima di SMAN 3 Tangsel. Ia menyayangkan hal tersebut karena banyak anak dengan nilai di atas 87 yang gagal masuk, padahal sekolah berada di lingkungan mereka sendiri.

“Bukan soal bodoh atau pintar, tapi soal kesempatan yang adil. Anak-anak kami punya nilai bagus, tapi tetap gagal. Kami kecewa karena dulu ada janji, bahwa sekolah ini dibangun untuk warga sekitar,” tegas Mujianto.

Mujianto juga menyebut bahwa saat awal pembangunan SMAN 3 Tangsel, ada komitmen lisan antara warga dan pihak sekolah bahwa anak-anak dari lingkungan sekitar akan mendapat prioritas masuk.

Mediasi Dihadiri Kepala Sekolah, Tapi Warga Belum Puas

Aksi demo SMAN 3 Tangsel tersebut akhirnya ditanggapi oleh Kepala SMAN 3 Tangsel, Aan Sri Analiah.

Ia mengundang perwakilan warga untuk melakukan mediasi tertutup, dan menyatakan bahwa pihak sekolah akan menampung seluruh aspirasi untuk disampaikan ke Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Namun karena belum ada keputusan konkret yang menjawab tuntutan warga, aksi berlanjut dengan penutupan akses jalan menuju sekolah.

Sebagai bentuk protes lanjutan, warga sekitar memutuskan menutup dua akses jalan utama ke SMAN 3 Tangsel. Penutupan dilakukan menggunakan portal besi sepanjang lima meter, dan dijaga oleh warga setempat.

“Portal akan tetap ditutup sampai anak-anak kami bisa bersekolah di sini. Kami bukan menghalangi pendidikan, tapi memperjuangkan hak yang dulu dijanjikan,” ujar salah satu koordinator aksi.

Aksi penutupan ini dilakukan secara tertib, tanpa kekerasan. Namun, aktivitas sekolah menjadi terganggu karena akses kendaraan terhambat. Beberapa guru dan siswa harus mencari jalur alternatif untuk masuk ke area sekolah.

Permasalahan utama yang dipersoalkan warga berkaitan dengan jalur zonasi dalam sistem SPMB, yang dianggap kurang berpihak pada warga terdekat. Meski tinggal hanya beberapa ratus meter dari sekolah, banyak anak gagal bersaing karena kuota terbatas dan sistem seleksi yang kaku.

Hal ini menimbulkan ketegangan sosial antara warga dan pihak sekolah setiap tahun ajaran baru dimulai.

Masih Menunggu Dinas Pendidikan Banten

Untuk saat ini, warga masih menunggu keputusan dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Kepala sekolah telah menyatakan akan menyampaikan semua tuntutan warga ke dinas terkait.

Namun, hingga kepastian didapat, portal besi di jalan masuk SMAN 3 Tangsel akan tetap terpasang.

Aksi ini menjadi cerminan persoalan klasik dalam dunia pendidikan, ketidakseimbangan antara regulasi dan realita di lapangan. Ketika sekolah negeri berdiri di tengah lingkungan padat penduduk, wajar jika ekspektasi warga sekitar tinggi.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Nadia Lisa Rahman
Editor
Nadia Lisa Rahman
Reporter