INFOTANGERANG.ID- Indonesia menduduki posisi pertama negara paling berpolusi di Asia Tenggara tahun 2024 karena memiliki rata-rata PM2,5 yang tinggi selama setahun.

Laporan terbaru IQAir berjudul 2024 World Air Quality Report mengungkap temuan terkait kualitas udara, khususnya mengenai partikel PM2,5—partikel udara berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil yang berbahaya bagi kesehatan.

PM2,5 sendiri merupakan salah satu indikator utama dalam penilaian kualitas udara.

Menurut laporan tersebut, Indonesia yang menjadi negara paling berpolusi di Asia Tenggara memiliki rata-rata konsentrasi PM2,5 sepanjang tahun mencapai 35,5 mikrogram per meter kubik.

Angka ini masih jauh di atas standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 5 mikrogram per meter kubik untuk rata-rata tahunan dan 15 mikrogram per meter kubik untuk periode 24 jam.

Kendati demikian, tingkat PM2,5 di Indonesia mengalami penurunan sebesar 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, di mana pada 2023 rata-rata konsentrasinya tercatat sebesar 37,1 mikrogram per meter kubik.

Sementara itu, Vietnam menempati posisi kedua sebagai negara paling berpolusi di Asia Tenggara, dengan rata-rata konsentrasi PM2,5 tahunan sebesar 28,7 mikrogram per meter kubik.

Daftar Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara 2024

Melansri dari 2024 World Air Quality Report, berikut daftar negawa paling berpolusi di Asia Tenggara sepanjang 2024, yakni:

1. Indonesia (PM2,5: 35,5 mikrogram per meter kubik)

2. Vietnam (PM2,5: 28,7 mikrogram per meter kubik)

3. Laos (PM2,5: 27,5 mikrogram per meter kubik)

4. Myanmar (PM2,5: 25,2 mikrogram per meter kubik)

5. Kamboja (PM2,5: 21,9 mikrogram per meter kubik)

6. Thailand (PM2,5: 19,8 mikrogram per meter kubik)

7. Malaysia (PM2,5: 18,3 mikrogram per meter kubik)

8. Filipina (PM2,5: 14,8 mikrogram per meter kubik)

9. Singapura (PM2,5: 11,4 mikrogram per meter kubik)

Penyebab Indonesia Jadi Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara

Menurut laporan IQAir, tingginya konsentrasi PM2,5 di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh emisi dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

Pembangkit ini menyuplai sekitar dua pertiga dari total kebutuhan listrik di Indonesia, yang terus meningkat seiring pesatnya urbanisasi dan industrialisasi.

Sementara itu, menurut Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), kapasitas PLTU batu bara di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 15 persen dalam periode Juli 2023 hingga 2024.

Sebagian besar tambahan kapasitas ini berasal dari PLTU captive, yaitu pembangkit listrik yang dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan tertentu untuk memenuhi kebutuhan listrik internalnya, bukan untuk didistribusikan ke jaringan listrik umum.

Selain emisi dari PLTU batu bara, sumber pencemaran udara di Indonesia juga berasal dari sektor transportasi serta pembakaran biomassa.

Upaya Pemerintah Tangani Polusi Udara di Indonesia

Selain menduduki peringkat pertama negara paling berpolusi di Asia Tenggara, Indonesia juga masuk dalam 15 besar daftar negara paling berpolusi di dunia sepanjang 2025.

Mengenai hal tersebut, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq menyatakan, pihaknya telah menangani permasalah polusi udara di Indonesia.

Hanif menyebutkan tengah mencoba melakukan uji emisi dari gas pembuangan kendaraan.

Saat ini, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mulai menertibkan cerobong asap industri serta sistem pembakaran terbuka.

Hanif menekankan bahwa peningkatan kualitas bahan bakar minyak (BBM) penting untuk menekan emisi karbon, meskipun pihaknya masih perlu berdiskusi dengan banyak pihak.

Ia juga menyampaikan bahwa penggantian bahan baku pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara perlu dilakukan, dan pengelola PLTU dapat beralih ke gas sebagai alternatif.

Hanif menambahkan bahwa pemerintah akan mengarahkan penggunaan bahan baku selain batu bara terlebih dahulu, meskipun proses ini masih dalam tahap percobaan karena memiliki konsekuensi yang luas.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Iis Suryani
Editor
Iis Suryani
Reporter