Kualitas Udara Kota Tangerang Senin, 6 Mei 2024

Kualitas udara di Kota Tangerang Senin (6/5/2024)Foto:webIQAir

InfoTangerang.id– Kualitas udara di Kota Tangerang menunjukan indeks kualitas udara (AQI) di angka 153 AQI US dan polusi udara dengan angka PM2.5 (partikel halus) berdasarkan pantauan IQAir pada Senin (6/5/2024) pukul 08.00 WIB.

Angka 153 AQI US menunjukan kategori tidak sehat dengan konsentrasi PM2.5 di Tangerang sebanyak 11.8 kali dari nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO) yang dinilai berbahaya bagi gangguan pernapasan.

Selain itu, sebaiknya kelompok sensitif juga mengenakan masker ketika berkegiatan di luar ruangan.

Untuk menghindari paparan udara luar yang kotor, ada baiknya menutup jendela rumah dan menyalakan alat penyaring atau penjernih udara/air purifier.

Berikut kategori kualitas udara menurut laman IQAir:

– Kategori baik: tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

– Kategori sedang: kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan, tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

– Kategori sangat tidak sehat: memiliki rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

– Berbahaya: memiliki rentang PM2,5 sebesar 300-500, secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

Menurut informasi, sejumlah wilayah di kawasan Asia dilanda gelombang panas (heat wave) parah. Di Vietnam, Thailand, Myanmar, Bangladesh, hingga India. Sedangkan di Indonesia, suhu panas juga terasa dalam beberapa waktu terakhir dengan suhu maksimum 37.0 derajat celcius menurut BMKG.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, fenomena suhu panas di Indonesia bukan gelombang panas, namun karena posisi semu matahari pada bulan April berada dekat sekitar khatulistiwa yang menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari.

“Bukan heat wave. Karena ini memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Hanya dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun,” jelasnya.

Guswanto mengatakan, gelombang panas umumnya terjadi di wilayah terletak di lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan bumi bagian utara dan selatan, pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dan luasan yang besar, wilayah kontinental atau sub-kontinental.

Sementara, Indonesia berada di wilayah ekuator dengan kondisi geografis kepulauan dan dikelilingi perairan luas.