INFOTANGERANG.ID– Dinas Kesehatan (Dinkes) Jakarta dikabarkan akan menyebar nyamuk wolbachia di RW 07 kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan kembangan, Jakarta Barat.

Ini merupakan nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia untuk menurunkan kasus penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Penyebaran nyamuk wolbachia ini dianggap sebagai metode efektif dalam mencegah kasus DBD.

Namun sebenarnya apa itu nyamuk wolbachia? Berikut penjelasannya.

Apa Itu Nyamuk Wolbachia?

Wolbachia adalah bakteri simbiotik alami yang terdapat pada berbagai jenis serangga.

Meski aedes aegypti secara alami tidak memiliki wolbachia, bakteri ini berhasil dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk tersebut dan terbukti mampu mengurangi penularan beberapa virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning.

Simbiotik wolbachia ini bisa menurunkan replikasi virus dengue yang ada dalam tubuh nyamuk aedes aegypti sehingga bermanfaat dalam menngurangi kemampuan nyamuk tersebut sebagai penular demam berdarah.

Pertumbuhan bakteri atau virus terjadi melalui mekanisme persaingan untuk mendapatkan nutrisi antara virus dengue dan bakteri Wolbachia di dalam tubuh nyamuk.

Semakin sedikit pasokan makanan yang diterima virus dengue, semakin sulit bagi virus tersebut untuk berkembang biak (bereplikasi).

Bagaimana Cara Kerja Nyamuk Wolbachia

Wolbachia merupakan sebuah bakteri yang memiliki peran untuk menonaktifkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, serta membuka peluang baru dalam pengendalian demam berdarah.

Melalui proses perkawinan, nyamuk jantan yang membawa Wolbachia dapat menghentikan penularan virus dengue pada nyamuk betina, sehingga menghasilkan telur yang juga mengandung Wolbachia

Peyebaran nyamuk wolbachia ini tentu efektif untuk mengurangi risiko penularan penyakit.

nyamuk wolbachia
Cara Kerja Nyamuk Wolbachia

Di Indonesia sendiri teknologi wolbachia diterapkan dengan metode “penggantian”, yang mana nyamuk jantan dan betina yang mengandung wolbachia dilepas di alam liar.

Hal ini untuk memastikan generasi nyamuk setempat bisa membawa wolbachia sehingga bisa menciptakan perlindungan berkelanjutan.

Wolbachia tidak hanya menghentikan perkembangan virus dengue, tetapi juga melindungi dari generasi ke generasi.

Apakah Nyamuk Wolbachia Berbahaya?

Sebuah uji coba teknologi wolbachia yang dilakukan pada tahun 2022 di Yogyakarta dan Kabupaten Bantul menunjukan, bahwa sekitar 77% kasus demam berdarah menurun, serta 86% pesien yang dirawat di rumah sakit juga ikut menurun.

Hal tersbeut tentu menunjukan bahwa pengembangan nyamuk wolbachia ini memiliki implikasi signifikan dalam upaya pengendalian dengue di negara yang mengadopsinya.

Teknik wolbachia yang dikembangkan juga tidak memerlukan biaya yang mahal, sehingga teknik ini cukup efektif bagi daerah urban dengan populasi tinggi seperti di Indonesia.

Jika misalnya saja, 7 kota di Indonesia menerapkan teknik wolbachia ini, 1 juta kasus demam berdarah bisa dicegah dan 500 nyawa penduduk setiap tahunnya bisa diselamatkan.

Di Indonesia teknik tersebut sudah dilakukan oleha beberapa wilayah seperti Yogyakarta, Semarang (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat), Bontang (Kalimantan Timur), Kupang (NTT), serta belakangan akan dikembangkan di Jakarta Barat.

Selain Indonesia, penyebaran nyamuk wolbachia ini juga sudah dilakukan oleh beberapa negara lain di dunia.

Seperti Brazil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, New Caledonia, Sri Lanka, Laos, Kolombia, Honduras, El Salvador, dan Singapura.

Lalu apakah nyamuk wolbachia dapat menginfeksi manusia?

Nyamuk wolbachia atau serangga yang ber-wolbachia tidak diketahui apakah dapat menginfeksi manusia.

Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa sukarelawan yang secara berkala digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa Wolbachia tidak menunjukkan adanya respons kekebalan terhadap bakteri tersebut.

Selain itu, manusia juga secara rutin terpapar oleh nyamuk seperti Aedes albopictus dan Culex quinquefasciatus, yang secara alami membawa Wolbachia.

Namun, hingga saat ini tidak ada laporan mengenai infeksi Wolbachia pada manusia.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Iis Suryani
Reporter