Strategi Tantangan Pemberian MPASI

trategi tantangan pemberian MPASI yang dapat diterapkan? Berikut ulasan dr. Yanuar Saputra W, M.Kes, Sp.A bersama Doodle Exclusive Baby Care. Foto: Istimewa

InfoTangerang.id – Memasuki usia 6 bulan, bayi mulai memasuki tahapan makanan pendamping ASI (MPASI). Bagi sebagian ibu, harus paham betul strategi tantangan pemberian MPASI tersebut.

MPASI adalah makanan yang mudah dikonsumsi dan dicerna oleh bayi dan harus diberikan dengan menyediakan nutrisi tambahan setelah bayi berusia 6 bulan. Beberapa ciri-ciri bayi siap menerima mpasi diantaranya si kecil sudah menunjukan ketertarikan terhadap makanan, lehernya harus sudah tegak, dan reflek melepehnya atau protusi lidahnya sudah berkurang.

Seperti apa strategi tantangan pemberian MPASI yang dapat diterapkan? Berikut ulasan dr. Yanuar Saputra W, M.Kes, Sp.A bersama Doodle Exclusive Baby Care:

  • Bayi usia 6 bulan sudah harus memiliki tinggi protein dan kalsium yang sangat penting untuk tumbuh kembang.
  • Memiliki kadar lemak yang tinggi, karena dengan lambung yang kecil bayi mendapatkan nutrisi yang banyak.
  • Mineral besi. Terkadang bayi memiliki faktor resiko dengan ibu anemia atau lahir prematur dengan kandungan zat besi yang kurang sehingga lebih beresiko mengalami anemia. Seperti daging-dagingan (otot merah), hati ayam, hati sapi.
  • Nutrisi alami tinggi asam lemak dan omega tiga, seperti ikan salmon, ikan gabus selain tinggi protein juga asam lemak.

Selain strategi tantangan pemberian MPASI, Yanuar juga menuturkan, alergi pada orangtua memang bisa diturunkan kepada anak, tetapi terkadang tidak sama.

“Menurut umur, alergi bisa dibagi menjadi beberapa yakni untuk usia kurang dari 12 bulan biasanya alergi susu sapi, seafood, telor dan kacang-kacangan. Dan untuk usia diatas 1 hingga 2 tahun paling sering seafood, telor, susu dan kacang-kacangan. Kapan saatnya curiga anak mengalami alergi? Gejalanya biasanya gatal, kulitnya memerah, membengkak mukanya, muntah, mencret, Buang Air Besar (BAB) konsepasi, batuk, apalagi bisa terjadi sesak nafas bahkan bisa hilang kesadaran,” terangnya.

Dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Lira Medika Karawang ini menjelaskan saat anak melakukan Gerakan Tutup Mulut (GTM) tidak perlu kuatir, asal tidak mempengaruhi berat badan tetapi dicari penyebab agar orang tua dan anak bisa melewat tantangan pemberian MPASI.

Cara mengatasi anak susah makan ketika pemberian MPASI:

  • Menerapkan feeding rules dengan durasi makan hanya 30 menit tidak boleh lebih.
  • Berikan porsi makan yang sesuai.
  • Tidak memberikan gadget ketika memberikan anak makan.
  • Buat suasana makan menyenangkan.
  • Tidak memberikan cemilan berlebihan.
  • Tidak memberikan makan ketika anak sedang mengantuk.
  • Hindari distraksi ketika makan.
  • Buatlah makanan dengan bervariasi sesuai dengan usianya.

Diakhir perbincangannya, dr. Yanuar Saputra berpesan bahwa anak merupakan suatu pribadi yang unik dan berbeda. Sebagai orangtua cukup menyediakan dan memberitahu saja, sehingga anak kenal makanan dan bukan makanan sehingga mengetahui rasanya.

“Bukan berarti penolakan diawal si anak tidak suka. Pengulangan yang diulang-ulang hingga 20 kali coba, jika lebih berikan makanan yang lain. Yang paling penting pemantauan tumbuh kembangnya, yang harus naik berat badan sebagai upaya tantangan pemberian MPASI bagi orangtua,” jelasnya.

Terakhir, ia berpesan jika berat badan naik otomatis tinggi badan juga akan naik.

“Perhatikan patokan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan jangan malas membawa anak ke posyandu sebulan sekali untuk memantau perkembangan tumbuh kembang anak,” tutupnya.