Infotangerang.id- Hari Kebangkitan Nasional 2024 adalah peringatan Harkitnas yang ke-166 dan diperingati setiap 20 Mei.
Kebangkitan Nasional merupakan titik awal bagi Bangsa Indonesia untuk bangkit, memiliki jiwa nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi sebagai langkah awal untuk rakyat Indonesia memiliki kesadaran agar mampu memperjuangkan Indonesia untuk merdeka.
Tema Harkitnas 2024
Mengutip dari pedoman yang dirilis Kominfo RI, tema Harkitnas tahun ini memiliki tema ‘Bangkit untuk Indonesia Emas’.
Peringatan ini bertujuan untuk terus memelihara, menumbuhkan, dan menguatkan jiwa nasionalisme sebagai landasan dasar dalam melaksanakan pembangunan, menegakkan nilai-nilai demokrasi berdasarkan moral dan etika berbangsa serta bernegara.
Dengan begitu bisa mempererat persaudaraan untuk mempercepat dalam mewujudkan Indonesia Emas dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hari Kebangkitan Nasional Indonesia merupakan periode pada paruh pertama abad ke-20 di Nusantara yang kini dikenal sebagai Indonesia.
Sekarang, Hari Kebangkitan Nasional ditandai sebagai dua peristiwa penting berupa berdirinya Budi Utomo, 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Siapakah Budi Utomo dan pendirinya? Mari kita simak ulasan berikutnya!
Logo Hari Kebangkitan Nasional 2024
Logo Harkitnas 2024 memiliki makna tersendiri, seperti angka 166 yang melambangkan nilai-nilai semangat dan kekuatan untuk bangkit menuju Indonesia Emas.
Angka 116 adalah representasi usia peringatan Hari Kebangkitan Nasional itu sendiri. Sedangkan di dalamnya ada representasi gerakan satelit SATRIA 1 berupa tanda panah ke atas.
Hal ini menggambarkan bahwa bangsa Indonesia sudah siap meluncur menuju Indonesia emas. Kemudian ada representasi gerakan satelit SATRIA 1 pada angka 6 yang mulai mengorbit menggambarkan bahwa mampu bersaing dan menjadi pengaruh bagi bangsa-bangsa lain di dunia.
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional
Latar belakang kebangkitan nasional berawal dari situasi politik sosial yang ada di Hindia Belanda pada zaman dahulu. Sejak 17 September 1901, pemerintahan Belanda menerapkan politik etis di Indonesia.
Penerapan politik etis ini terjadi karena kebijakan tanam paksa yang dikeluarkan oleh Johannes van den Bosch, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1901. Kebijakan ini dibuat untuk mengisi kembali kas Belanda yang habis setelah Perang Diponegoro (1825-1830) dan Revolusi Belgia (1830).
Para petani Indonesia dipaksa untuk menanam tanaman yang memiliki komoditas ekspor tinggi, seperti teh, tembakau, kopi, dan tebu.
Petani diwajibkan menggunakan seperlima tanahnya untuk menanam tanaman tersebut. Jika tidak dilakukan, mereka diwajibkan untuk bekerja di perkebunan pemerintahan selama 66 hari.
Penerapan politik etis ini kemudian memunculkan kesadaran bagi rakyat Indonesia yang terpelajar untuk memulai berbangsa dan bernegara. Hal ini membuat organisasi pergerakan berbentuk kooperatif dan radikal mulai bermunculan.
Peran Budi Utomo
Budi Utomo adalah organiasasi yang fokus pada berbagai bidang, yaitu sosial, ekonomi, dan kebuadayaan tanpa ikut serta unsur politik. Anggota di dalamnya dominan oleh kelompok Jawa terpelajar yang merupakan mahasiswa Jawa, STOVIA (School tot Opleiding Van Indische Artsen) di 1908.
Salah satu organisasi yang muncul adalah Budi Utomo (BU) yang digagas oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Dirinya membuat BU untuk membantu membiayai pendidikan para pemuda Indonesia yang pandai, tetapi memiliki halangan biaya.
Pada 1907, Dr. Wahidin Soedirohoesodo berkeliling Jawa untuk mewujudkan gagasannya. Beruntungnya, gagasan tersebut mendapatkan tanggapan positif dari para siswa STOVIA.
Siswa STOVIA dan Dr. Wahidin Soedirohoesodo kemudian mengadakan pertemuan untuk mendirikan BU. Pertemuan ini berlangsung pada 20 Mei 1908. Dari hasil pertemuan tersebut, Budi Utomo didirikan dengan Soetomo sebagai ketuanya.
Karena tidak mengambil jalur radikal dan politik untuk memperjuangkan kepentingan bangsa, Budi Utomo diperbolehkan untuk berdiri oleh pemerintah Belanda.
Sayangnya, karena memakai jalur yang damai, sebagian anggota BU pun memilih untuk keluar dan bergabung dengan organisasi yang radikal.
Meski demikian, tak dapat dimungkiri besarnya pengaruh Budi Utomo untuk kemerdekaan dan kebangkitan Indonesia. Melalui bantuan pendidikan, rakyat Indonesia menjadi lebih pintar dan pandai sehingga pada akhirnya dapat merdeka dari kekangan penjajah.
Berdirinya Budi Utomo menjadi awal dari pergerakan yang memiliki tujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Meskipun pada awalnya, organisasi Budi Utomo ini hanya ditujukan untuk golongan berpendidikan di Pulau Jawa saja.
Kini, tanggal berdirinya organisasi Budi Utomo menjadi hari peringatan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Berdirinya Budi Utomo tentu tidak lepas dari para tokoh yang telah berperan besar dalam organisasi nasional ini.
Pendiri Budi Utomo
1. Soetomo
Pada awalnya, Budi Utomo adalah gagasan yang berasal dari para mahasiswa STOVIA yang penuh semangat untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Soetomo, seorang mahasiswa STOVIA, memainkan peran sentral dalam memimpin pembentukan dan perkembangan awal Budi Utomo. Soetomo kemudian menjadi ketua Budi Utomo dan menjadi salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
2. Mohammad Soelaiman
Mohammad Soelaiman, bersama delapan rekan seperjuangannya, ikut memulai pendirian Budi Utomo.
Ia menjadi wakil ketua Budi Utomo pada awalnya. Keberanian dan semangat patriotiknya menjadi dorongan penting dalam mendirikan organisasi ini.
3. Gondo Soewarno
Gondo Soewarno berperan sebagai sekretaris sementara Budi Utomo pada awalnya.
Keterampilannya dalam berbahasa Belanda sangat berharga untuk mendukung perkembangan organisasi melalui karya tulisnya.
4. Goenawan Mangoenkoesoemo
Goenawan Mangoenkoesoemo, adik dari salah satu pendiri Budi Utomo, Tjipto Mangoenkoesoemo, memiliki peran penting dalam mendukung pergerakan organisasi ini.
Kedekatannya dengan Soetomo membuatnya menjadi salah satu elemen kunci dalam gerakan ini.
5. Raden Angka Prodjosoedirdjo
Raden Angka Prodjosoedirdjo, selain menjadi pendiri dan bendahara awal Budi Utomo, juga mengabdikan dirinya sebagai dokter rakyat dan pendidik.
Kontribusinya membantu organisasi dalam berbagai bidang.
6. Mohammad Saleh
Mohammad Saleh adalah salah satu pendiri dan komisaris Budi Utomo.
Sebagai seorang dokter, ia turut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan melalui perannya dalam pelayanan kesehatan.
7. Raden Mas Goembrek
Raden Mas Goembrek adalah pendiri dan komisaris yang memiliki peran penting dalam menjalin hubungan dengan pejabat lokal, mendukung upaya organisasi dalam mencapai tujuannya.
8. Soeradji Tirtonegoro
Soeradji Tirtonegoro berperan dalam menemukan nama “Budi Utomo” yang menggambarkan semangat dan visi organisasi. Nama ini pun menjadi simbol pergerakan nasionalis di Indonesia.
9. M Soewarno
M Soewarno, salah satu pendiri Budi Utomo, berperan sebagai komisaris dan terlibat dalam berbagai aspek perkembangan organisasi.
Pendiri-pendiri Budi Utomo ini adalah pilar utama dalam gerakan nasionalis Indonesia, dan mereka bersama-sama membentuk landasan yang kuat untuk perjuangan kemerdekaan.
Melalui semangat, pemikiran, dan aksi mereka, Budi Utomo tumbuh menjadi organisasi yang mampu menginspirasi masyarakat untuk menggugat penjajahan dan mengambil alih nasib mereka sendiri.
Dengan keberanian dan tekad mereka, mereka telah menunjukkan jalan bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang akhirnya tercapai pada tahun 1945.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional
Besarnya pengaruh Budi Utomo pada Indonesia membuat pemerintahan Indonesia mengakui pengaruh organisasi ini. Peran penting dari BU pun menjadi dasar bagi pemerintah untuk melahirkan Hari Kebangkitan Nasional.
Penetapan Hari Kebangkitan Nasional pun ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 1 Tahun 1985 tentang Penyelenggaraan Hari Kebangkitan Nasional.
Dalam Keppres tersebut, pemerintah menginginkan Harkitnas dirayakan setiap 20 Mei untuk menanamkan kesadaran masyarakat akan nilai sejarah perjuangan bangsa.
Dengan memperingati dan merayakan hari tersebut, rakyat Indonesia diharapkan dapat memiliki kepribadian yang lebih kuat, harga diri yang lebih tebal, rasa kebanggaan nasional, dan jiwa persatuan serta kesatuan yang kokoh.
Akan tetapi, peringatan Hari Kebangkitan Nasional bukanlah hari libur nasional.
Baca berita lainnya di Tangselife dan Infotangerang