INFOTANGERANG.ID– Kegiatan Ramadhan di Banten yang sering dilaksanakan pada bulan mulia bagi umat Muslim ini, nyatanya sudah dijadikan sebagai tradisi yang lazim dilaksanakan setiap tahunnya.
Dalam rangka menyambut Ramadhan yang tinggal hitungan hari lagi, setiap daerah biasanya memiliki tradisi yang berbeda, termasuk di Banten.
Kegiatan Ramadhan di Banten ini tergolong unik karena menyajikan kekayaan budaya yang ada di provinsi para jawara ini.
Banten, sebagai salah satu provinsi dengan keberagaman budaya, selalu menyambut bulan suci Ramadhan dengan berbagai kegiatan khas yang telah menjadi tradisi.
Setiap tahunnya,Kegiatan Ramadhan di Banten tidak hanya menyambut bulan Ramadhan dengan doa dan ibadah, tetapi juga dengan berbagai aktivitas budaya yang mempererat tali silaturahmi serta memperdalam makna Ramadhan.
Lalu ada apa saja kegiatan yang sering dilakukan masyarakat Banten sepanjang bulan Ramadhan? Berikut penjelasannya.
Kegiatan Ramadhan di Banten yang Selalu Ditunggu
Berikut ini sejumlah kegiatan unik yang selalu ditunggu masyarakat Banten setiao tahunnya adalah:
1. Ngupat
Kegiatan di bulan Ramadhan yang selalu sering dilakukan masyarakat Banten, yaitu Ngupat.
Tradisi ini selalu dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Banten setiap tanggal 15 Ramadhan.
Pada tradisi ini, masyarakat akan membuat ketupat yang berisi beras dan dibalut dengan daun kelapa dan dibuat menjagi ketupat atau kupat.
Pada malam harinya, ketupat yang sudah dibuat dan dimasak beserta lauknya akan dibawa ke masjid atau musholla.
Nantinya masyarakat Banten akan makan ketupat bersama setelah pelaksanaan shalat tarawih.
Ngupat sudah jadi tradisi yang dijalankan sejak zaman wali yang ada di Banten.
2. Malem
Selain ngupat, masyarakat di Banten juga sering melakukan tradisi Malam atau Malem di setiap tanggal 21 Ramadhan atau tanggal-tanggal ganjil.
Biasanya tradisi ini akan dilakukan dengan membuat aneka ragam kue yang akan diberikan kepada masyarakat yang ada di musholla atau masjid.
Pada malam-malam ganjil, masyarakat Banten menyebutnya dengan istilah melembung, sedangkan untuk malam genap masyarakat di Banten menyebutnya sebagai malempes.
Uniknya disetiap malam ganjil, kue-kue tersebut baru dibuat dan disajikan, sementara untuk malam genap masyarakat Banten justru tidak membuatnya.
3. Dalailan
Masyarakat Banten juga melakukan Dalailan dengan membaca kitab Dalail Khairat atau disebut juga dengan Dulai’ilan di masjid atau msuholla saat akan menjelang berbuka puasa.
Dalailan sudah menjadi kegiatan Ramadhan di Banten yang rutin dilakukan oleh masyarakat yang berada di perkampungan dan juga di kota.
Tradisi ini diadakan dengan tujuan agar umat muslim gemar membaca Alquran serta bershalawat kepada nabi besar Muhammad SAW.
4. Mamikran atau Mikran
Istilah Mikran sendiri diambil dari kata qoro’a yang berarti membaca.
Tradisi ini memang hanya dilakukan selama bulan Ramadhan saja, dan sampai saat ini tradisi Mikran masih terjaga sebagai ritual khusus masyarakat Banten.
Kata lain dari mikran adalah matin, yang artinya sama dengan tadarus.
Namun, tadarus lebih umum digunakan dan mengacu pada aktivitas membaca Al-Qur’an yang dilakukan pada hari-hari biasa.
Aktivitas ini memiliki tujuan sebagai wirid selama bulan puasa yang diyakini dapat mendatangkan tambahan pahala.
Biasanya, mikran dilakukan setelah pelaksanaan Shalat Tarawih dan berlangsung hingga tengah malam.
Di beberapa perkampungan, tradisi mikran bahkan dapat berlangsung hingga pagi menjelang waktu Tarhim atau Subuh.
5. Lilikuran
Tradisi lilikuran ini mirip dengan tradisi Qunutan yang dijalankan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya.
Namun, lilikuran ini tidak membuat ketupat, tetapi hanya kue dan jenis makanan ringan yang dibawa masyakat ke Masjid dan disertai dengan berdoa bersama.
Lilikuran ini akan dilaksanakan dimalam-malam akhir Ramadhan dan berlanjut hingga akhir Ramadhan, dan biasanya akan semakin meriah di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Karena pada malam itu akan ada malam Lailatul Qadar yang memang dicari umat Muslim sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Setelah doa bersama, masyarakat Banten akan melakukan kegiatan di masjid atau musholla disertai dengan mengaji sampai tiba waktu sahur.
6. Qunutan
Tradisi qunutan dilaksanakan pada pertengahan bulan Ramadan, tepatnya pada hari ke-15, dengan menyajikan ketupat di masjid atau musala.
Tradisi ini dipandang sebagai bentuk dakwah untuk memakmurkan masjid melalui kegiatan berkumpul (ngariung) dan berdoa bersama.
Sementara itu, lelikuran memiliki kesamaan dengan qunutan, tetapi dilakukan pada malam-malam genap di sepuluh hari terakhir menjelang Idulfitri.
Berbeda dengan qunutan, lelikuran tidak melibatkan ketupat di masjid, melainkan hanya menyajikan makanan ringan.
Selain itu, di pertengahan Ramadan atau pada malam 15 menuju 16 Ramadan, masyarakat Banten juga menggelar tradisi kupatan atau qunutan yang menyajikan ketupat dan lepet.
Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun, terutama di wilayah Banten, khususnya Serang.
7. Menu Makanan
Kegiatan Ramadhan di Banten lainnya yang cukup unik adalah masyarakat Banten biasanya menyediakan berbagai hidangan lezat dan nikmat.
Salah satu hidangan yang sering ditemukan di bulan Ramadhan seperti, apem gula aren, jojorong, rabeg kambing, hingga angeun lada.