INFOTANGERANG.ID- Malam Satu Suro 2025, yang dalam penanggalan Jawa dikenal sebagai awal tahun baru Jawa, bukan sekadar malam biasa.

Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, malam ini dipandang sebagai waktu sakral, penuh makna spiritual, serta dikelilingi berbagai pantangan dan mitos yang diwariskan secara turun-temurun.

Pada tahun ini, Malam Satu Suro 2025 akan jatuh pada Kamis malam, 26 Juni 2025. Seiring berjalannya waktu, keyakinan dan mitos seputar malam tersebut masih kuat tertanam, terutama di kalangan masyarakat tradisional dan spiritualis.

7 Mitos Malam Satu Suro 2025

1. Larangan Keluar Rumah Saat Malam Hari
Salah satu kepercayaan paling umum adalah larangan keluar rumah pada malam Satu Suro.

Diyakini bahwa pada malam ini, gerbang alam gaib terbuka, dan berbagai makhluk halus serta roh leluhur berkeliaran. Masyarakat percaya, keluar rumah saat itu bisa membuat seseorang diganggu atau bahkan “hilang” karena diambil makhluk tak kasatmata.

2. Harus Diam dan Tidak Bersuara (Tapa Bisu)
Dalam tradisi seperti yang dilakukan Keraton Yogyakarta, masyarakat menjalankan ritual tapa bisu, yaitu berdiam diri tanpa berbicara sepanjang malam.

Malam satu suro 2025 ini diwujudkan melalui prosesi Mubeng Beteng, berjalan kaki mengelilingi benteng keraton dalam keheningan. Tapa bisu dianggap sebagai bentuk kontemplasi dan perenungan batin yang mendalam.

3. Pantangan Menyelenggarakan Hajatan atau Pernikahan
Menggelar pesta, hajatan, atau pernikahan di malam Satu Suro masih dianggap tabu. Bulan ini dipercaya sebagai waktunya para leluhur, sehingga acara yang bersifat perayaan dianggap tidak pantas. Secara filosofis, bulan Suro adalah masa untuk mendekatkan diri secara spiritual, bukan untuk merayakan hal duniawi.

4. Ruwatan untuk Bersih Diri dari Kesialan
Malam ini juga dimanfaatkan untuk menggelar ruwatan, yaitu ritual pembersihan diri dari energi negatif atau nasib buruk. Ruwatan dilakukan sebagai simbol permulaan yang bersih di awal tahun Jawa.

Banyak orang menjalani ruwatan demi keselamatan, kelancaran rezeki, dan ketenangan batin.

5. Jamasan Pusaka, Membersihkan Energi Negatif dari Benda Bertuah
Tradisi jamasan pusaka, yaitu mencuci keris, tombak, atau benda warisan leluhur, lazim dilakukan di malam Satu Suro.

Pusaka dianggap menyimpan energi spiritual, sehingga perlu dibersihkan secara berkala untuk menjaga kekuatannya. Ritual ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur dan budaya.

6. Larangan Bicara Kasar dan Negatif
Berbicara kasar atau menyebarkan energi negatif dipercaya dapat membawa dampak nyata di malam Satu Suro 2025. Menurut tradisi Jawa, ucapan buruk bisa “menarik” energi gaib yang menguatkan hal-hal negatif tersebut. Maka, masyarakat diminta menjaga laku, sikap, dan tutur kata.

7. Tidak Boleh Pindahan atau Bangun Rumah
Mitos terakhir adalah larangan untuk pindah rumah atau membangun tempat tinggal baru saat malam Satu Suro. Diyakini bahwa tindakan besar seperti ini bisa mengundang kesialan atau kemalangan. Bulan Suro dianggap sebagai waktu untuk menetap, bukan memulai sesuatu yang besar dan material.

Meski zaman terus berubah, keyakinan terhadap malam Satu Suro tetap hidup di tengah masyarakat. Entah sebagai bentuk pelestarian budaya atau spiritualitas pribadi, mitos-mitos ini menjadi cermin kekayaan budaya Jawa yang sarat makna dan filosofi.

Jadi, jika Anda berniat melakukan sesuatu penting di sekitar tanggal 26 Juni 2025, ada baiknya pertimbangkan nilai-nilai lokal yang masih dipegang kuat oleh masyarakat. Siapa tahu, ada hikmah bijak di balik larangan-larangan itu.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Nadia Lisa Rahman
Editor
Nadia Lisa Rahman
Reporter