Infotangerang.id– Rasa lapar, ternyata dapat dibagi menjadi dua kondisi, yakni emotional eating atau lapar emosioanl dan lapar fisiologis.
Itu sebabnya, penting untuk mengetahui perbedaan antara keduanya agar kita tidak makan hanya berdasarkan emosi sementara.
Emotional eating adalah dorongan untuk makan, baik secara sadar maupun tidak sadar, ketika merasakan emosi tertentu seperti kesedihan, kekecewaan, kemarahan, atau kebosanan.
Kondisi ini membuat seseorang sulit mengendalikan keinginan makan mereka, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan, seperti obesitas.
Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu emotional eating, penyebabnya, dan cara mengatasinya.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai emotional eating, berikut penjelasannya.
Pengertian Emotional Eating
Melansir dari Cleveland Clinic, emotional eating adalah mekanisme pertahanan diri yang muncul sebagai respons terhadap perasaan tertentu dengan cara makan.
Keinginan makan ini merupakan usaha untuk melarikan diri dari perasaan tersebut, mengabaikannya, menggantinya, atau memperbesar perasaan yang dirasakan.
Berbagai kondisi seperti stres, kekecewaan, atau kecemasan dapat memicu produksi hormon kortisol dalam tubuh, yang kemudian memicu dorongan untuk makan makanan manis, berlemak, atau asin sebagai bentuk pertahanan diri.
Dengan kata lain, makan bukan dilakukan karena lapar, tetapi karena adanya emosi tertentu yang dirasakan.
Selain itu, makan sering dianggap sebagai cara untuk mencari kenyamanan, sehingga banyak orang mengandalkan makanan sebagai penyemangat.
Cara Membedakan Emotional Eating dengan Lapar Fisiologis
Melansir dari kompas.com, Coach Nina Nikicio menjelaskan bahwa setiap orang selalu melibatkan perasaannya ketika makan.
Hal ini terlihat jelas saat seseorang memilih makanan yang ingin dikonsumsi, karena pada saat itu kita akan memikirkan cita rasa dari makanan yang dipilih.
Sementara Ooang yang mengalami emotional eating sering makan apapun dan tanpa memilih jenis makanan untuk mengatasi atau melupakan perasaan yang sedang mereka alami.
Penyebab Emotional Eating
Melansir dari Cleveland Clinic, beberapa penyebab emotional eating meliputi:
1. Kesulitan membedakan antara rasa lapar fisik dan lapar emosional.
2. Menjalani diet yang membatasi jenis makanan tertentu, yang justru memicu dorongan makan emosional.
3. Merasa cemas dan menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi kecemasan.
4. Menghadapi situasi stres yang menjadikan makan sebagai satu-satunya aktivitas yang memberikan kepuasan.
5. Mengalami stres musiman, seperti saat cuaca dingin atau selama liburan ketika bertemu banyak anggota keluarga dan lebih mudah mengakses berbagai jenis makanan, bisa memicu emotional eating.
Meskipun makan dapat mengalihkan perhatian dari perasaan yang muncul, efeknya hanya sementara dan dapat menyebabkan masalah kesehatan tertentu.
Cara Mengatasi Emotional Eating
Menurut The British Diabetic Association, makan sebagai reaksi terhadap perasaan tertentu adalah hal yang wajar.
Namun, hal ini dapat mengakibatkan seseorang kurang peka terhadap emosinya sendiri, sehingga kesulitan dalam mengontrolnya dengan baik.
Selain itu, dorongan makan yang tidak terkendali bisa menyebabkan makan berlebihan dan memicu pola makan yang tidak sehat.
Berdasarkan Mayo Clinic, beberapa metode untuk mengatasi emotional eating meliputi:
1. Mencatat konsumsi makanan untuk membedakan antara rasa lapar fisik dan emosional.
2. Mengelola stres dengan teknik seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan.
3. Menghindari makan jika tidak benar-benar lapar.
4. Mencari dukungan dari keluarga atau teman untuk mengekspresikan perasaan tanpa mengandalkan makanan.
5. Melakukan aktivitas lain untuk mengatasi rasa bosan yang bisa memicu keinginan makan.
6. Tidak menyimpan makanan favorit di rumah untuk menghindari godaan.
7. Tidak membatasi makanan secara berlebihan saat diet, tetapi memastikan asupan nutrisi yang cukup dengan makanan dan camilan sehat.
8. Mengonsumsi camilan di antara waktu makan untuk mencegah makan berlebihan.
9. Mengurangi dorongan emotional eating secara bertahap sambil belajar dari kesalahan untuk mencegahnya di masa depan.
Baca berita lainnya di Infotangerang dan Tangselife
1 Komentar