INFOTANGERANG.IDPara pekerja Gen Z dikabarkan dipecat oleh sekitar enam dari 10 perusahaan yang disurvei melaporkan telah memecat lulusan universitas yang baru saja mereka rekruit tahun ini.

Ada beberapa alasan melakukan pemecatan karyawan Gen Z, beberapa diantaranya karena komunikasi mereka yang buruk, keterampilan yang rendah serta kesulitan mereka dalam mengelola beban kerja.

Para Gen Z memang dikenal sebagai generasi yang sensitif dan rentan mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan burnout akibat tekanan atau beban pekerjaan atau lingkungan sosial yang kompetitif.

Selain itu pemecatan oleh beberapa perusahan karena banyak anggota Gen Z memiliki harapan yang tinggi terhadap keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Ketika mereka merasa perusahaan tidak menyediakan ruang untuk pertumbuhan pribadi atau lingkungan yang mendukung kesehatan mental, mereka bisa mengalami ketidakpuasan yang berdampak pada performa kerja.

Hal ini kemudian membuat Gen Z banyak yang dipecat karena mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mudahnya generasi tersebut mengalami gangguan mental.

Lalu mengapa Gen Z mudah mengalami gangguan mental yang berdampak pada pekerjaan mereka? Berikut penjelasannya.

Gangguan Mental yang Sering Dialami Gen Z

Melansir dari halodoc.com berdasarkan penelitian dari American Psychological Associantion (APA), menunjukan bahwa sekitar 91% Gen Z mengaku pernah mengalami setidaknya satu gejala fisik atau emosional akibat stres.

Selain itu, sekitar 1 dari 3 anak muda berusia 18-24 tahun juga melaporkan mengalami gejala terkait kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan.

Alasan Gen Z Lebih Rentan Mengalami Gangguan Mental

gen z 1

Berikut alasan mengapa Gen Z lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental;

1. Paparan Media Sosial

Alasan pertama yang menjadi penyebab Gen Z mudah mengalami gangguan mental karena mereka lebih banyak waktu di media sosial daripada generasi sebelumnya.

Hal tersebut menjadi faktor yang meningkatkan risiko ganguan mental karena memungkinkan individu terpapar lebih banyak konten negatif.

Penelitian bahkan menunjukan bahwa semakin banyak waktu anak muda bermain media sosial, maka akan semakin rendah kesehatan mentalnya.

Selain itu, beberapa influencer muda di media sosial sering kali menjadi penyebab perbandingan fisik dan sosial yang dapat meningkatkan perasaan rendah diri.

Dampak lainnya yang ditimbulkan dari paparan media sosial adalah gangguan tidur, cyberbullying, pelecehan online, permasalahan citra tubuh, perilaku makan tidak sehat, fear of missing out (FOMO), dan gejala depresi.

2. Memiliki Pandangan Psimis Terhadap Dunia

Salah satu penyebab mengapa banyak Gen Z dipecat dari pekerjaan karena mereka cenderung kurang memiliki motivasi atau inisiatif karena mereka pandangan psimis terhada dunia.

Berdasarkan studi dari Montclair State University, genarasi Z cenderung melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya dibandingan dengan pandangan generasi sebelumnya yang memiliki pandangan lebih positif.

Ditambah lagi peristiwa-peristiwa terkini, seperti krisis iklim dan kekerasan yang sering terjadi, membuat Gen Z lebih mudah resah.

3. Terisolasi dari Lingkungan

Berdasarkan survey, hampir separuh responde Generasi Z menggunakan internet 10 jam atau lebih setiap harinya.

Hal tersebut menyebabkan waktu mereka menjadi lebih sedikit untuk berinteraksi secara langsung dengan lingkungan atau tatap muka dengan orang lain.

Dampaknya adalah meingkatnya perasaan terisolasi dan kesepian di kalangan para generasi ini.

4. Lebih Peduli Terhadap Isu Sosial Politik

Generasi Z dikenal memiliki kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu sosial dan politik.

Menurut penelitian Edelman, sekitar 70% dari mereka secara aktif terlibat dalam isu-isu tersebut, yang didorong oleh akses mudah terhadap berita melalui internet.

Namun, paparan terus-menerus terhadap topik sensitif seperti perang, kekerasan, konflik politik, rasisme, dan masalah sosial lainnya dapat menambah beban mental.

Kondisi sosial dan politik yang tidak stabil sering memperburuk kecemasan dan mendorong pandangan pesimistis di kalangan mereka.

5. Ketidakpastian Masa Depan

Ketidakpastian mengenai masa depan menjadi tantangan besar bagi Gen Z sehingga membuat mereka lebih rentan mengalami depresi.

Mereka tidak hanya menghadapi isu-isu sosial dan politik, tetapi juga harus beradaptasi dengan perubahan pesat dalam teknologi dan masyarakat.

Perkembangan Artificial Intelligence (AI) yang mengancam pekerjaan tradisional serta kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan menambah tekanan psikologis bagi mereka yang baru memulai karier.

Kenaikan biaya perumahan dan kebutuhan pokok semakin memperburuk situasi ini.

Perubahan dan ketidakpastian yang terus-menerus sering kali menjadi pemicu stres bagi Generasi Z.

Sebenarnya masalah pemecatan Generasi Z karena salah satu faktornya adalah mudahnya mereka mengalami gangguan mental, bisalah diatasi.

Namun banyak perusahaan yang tidak memiliki pendekatan inklusif terhadap isu-isu ini mungkin lebih cepat memutuskan hubungan kerja daripada menyediakan solusi.

Dari perspektif perusahaan, penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung, sementara bagi Gen Z, penting untuk memiliki keterampilan dalam mengelola stres dan ekspektasi yang realistis.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Iis Suryani
Editor
Iis Suryani
Reporter