INFOTANGERANG.ID- Kasus gagal ginjal pada anak di Jakarta semakin mengkhawatirkan.
Data terbaru dari Yayasan Ginjal Anak Indonesia (YGAI) menunjukkan, dari 60 anak penderita gagal ginjal yang mereka dampingi di seluruh Indonesia, sebanyak 20 anak berasal dari Jakarta.
Ketua YGAI, Agustya Sumaryati, menyampaikan bahwa angka gagal ginjal pada anak tersebut menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah penyebab gagal ginjal tidak lagi didominasi oleh kelainan bawaan, tetapi mulai dipicu oleh gaya hidup tidak sehat.
“Kalau dulu banyak karena kelainan bawaan sejak bayi. Tapi sekarang, semakin banyak anak yang kena karena pola makan dan minum yang buruk,” jelas Agustya.
Gagal Ginjal pada Anak Sebabkan Cuci Darah Seumur Hidup
Yang lebih memprihatinkan, mayoritas anak yang terdiagnosis harus menjalani hemodialisis (cuci darah) dua kali seminggu, termasuk anak-anak usia Sekolah Dasar (SD).
“Sekolah mereka terganggu karena harus bolak-balik ke rumah sakit. Ini bukan pengobatan jangka pendek, tapi akan mereka jalani seumur hidup,” ujar Agustya.
Jakarta Dominasi Kasus, Disusul Jawa Barat dan Banten
Distribusi anak penderita gagal ginjal yang dibantu oleh YGAI adalah sebagai berikut:
- 20 anak dari Jakarta
- 30 anak dari Jawa Barat
- Sisanya tersebar di Banten, Jambi, dan Sumatera Selatan
Lebih menyedihkan lagi, sepanjang tahun 2025, sebanyak 18 anak meninggal dunia akibat gagal ginjal, setengah di antaranya berasal dari Jakarta.
Tidak Semua Ditanggung BPJS
Meski prosedur cuci darah ditanggung oleh BPJS Kesehatan, masih banyak kebutuhan pengobatan lainnya yang tidak sepenuhnya dicover, seperti:
- Obat-obatan jangka panjang
- Vitamin khusus
- Susu dan nutrisi penunjang
“BPJS biasanya hanya menanggung kebutuhan dua minggu. Padahal, kebutuhan anak-anak ini bisa untuk satu bulan penuh. Sisanya, ditanggung orangtua,” tambah Agustya.
Masyarakat masih banyak yang belum tahu bahwa gagal ginjal pada anak bisa terdiagnosis sejak usia 4 tahun.
“Ini salah satu tantangan terbesar kami. Edukasi soal penyakit ginjal pada anak masih minim, baik untuk orangtua maupun tenaga pendidik,” tegas Agustya.
Hasil riset Dinas Kesehatan DKI pada 2024 menunjukkan bahwa penyebab utama gagal ginjal anak di Jakarta masih didominasi oleh kelainan kongenital dan penyakit ginjal primer seperti:
- Glomerulonefritis
- Sindroma Nefrotik
- Obstruksi ginjal
Namun demikian, gaya hidup dan konsumsi jajanan tidak sehat tetap menjadi faktor pendukung.
“GGL (Gula, Garam, Lemak) yang tinggi dalam makanan bisa menyebabkan obesitas. Nah, obesitas ini jadi pintu masuk ke risiko gagal ginjal,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati.
Ani juga menegaskan bahwa edukasi kepada anak dan orangtua mengenai kandungan GGL dalam makanan harus dimulai sejak dini. Tujuannya adalah untuk mencegah anak mengalami obesitas dan komplikasi jangka panjang seperti gagal ginjal.
Meningkatnya kasus gagal ginjal pada anak di Jakarta bukan hanya soal statistik. Ini tentang masa depan generasi muda yang harus berjuang lebih keras hanya untuk menjalani hidup normal.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
- Edukasi anak soal pentingnya air putih dan pola makan sehat
- Kurangi konsumsi minuman berpemanis
- Perhatikan jajanan anak di sekolah
- Rutin cek kesehatan anak, terutama jika ada riwayat keluarga
Kesehatan mereka perlu perhatian khusus, dimulai dari rumah dan sekolah.
