INFOTANGERANG.ID- BMKG mengungkapkan cuaca ekstrem Desember dengan meningkatnya hujan lebat hingga kategori ekstrem yang bukan terjadi secara tiba-tiba.

Sejumlah dinamika atmosfer diprediksi menguat bersamaan pada akhir tahun, sehingga memicu lonjakan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa kondisi atmosfer memasuki Desember berada dalam fase sangat aktif.

Empat Penyebab Cuaca Ekstrem Desember

1. Monsun Asia Menguat dan Bawa Massa Udara Lembap

Fenomena pertama yang paling dominan adalah penguatan monsun Asia. Pada penghujung tahun, angin baratan dari Samudra Hindia semakin aktif dan membawa uap air dalam jumlah besar menuju Indonesia bagian barat hingga tengah.

Aliran udara lembap ini memicu pembentukan awan konvektif dalam skala luas, sehingga hujan lebih mudah turun dan intensitasnya meningkat.

“Contoh pengamatan regional menunjukkan bahwa wilayah seperti Sumatera Barat berada dalam penguatan monsun Asia, yang memicu dominasi angin baratan dan hujan intens,” ujar Guswanto.

2. ENSO Menuju La Nina Lemah, Tambah Peluang Hujan

Faktor kedua adalah kondisi El Niño–Southern Oscillation (ENSO) yang diperkirakan berada pada fase La Niña lemah hingga netral pada akhir 2025, dengan anomali sekitar -0,66 hingga 0,0.

La Niña lemah umumnya meningkatkan suplai uap air di kawasan maritim Indonesia. Dampaknya, potensi hujan di atas normal akan lebih besar dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

“Indikasi La Niña lemah ini berpotensi menambah peluang hujan lebat di banyak wilayah,” tambahnya.

3. Gelombang Atmosfer Ekuatorial Memicu Hujan Harian Intens

Fenomena ketiga adalah keberadaan gelombang atmosfer ekuatorial, seperti Madden–Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby.

Saat gelombang-gelombang ini berada pada fase aktif di atas Indonesia, pembentukan awan konvektif meningkat drastis. Kondisi ini menghasilkan hujan lebat berdurasi pendek yang sering disertai petir dan angin kencang.

Gelombang ekuatorial sering muncul pada puncak musim hujan dan dapat berulang dalam siklus beberapa minggu. Daerah yang paling terdampak meliputi:

  • Sumatera bagian tengah
  • Jawa bagian barat–tengah
  • Kalimantan
  • Sulawesi

Fenomena ini kerap menjadi pemicu hujan harian intens di wilayah-wilayah tersebut.

4. Ancaman Siklon Tropis di Selatan Indonesia

Fenomena keempat adalah potensi pembentukan siklon tropis di wilayah selatan Indonesia, khususnya di Samudra Hindia selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.

“Ancaman siklon tropis pada puncak monsun bisa meningkatkan pembentukan awan hujan sekaligus menimbulkan gelombang tinggi di perairan selatan Jawa-Nusa Tenggara,” jelas Guswanto.

Selain memperkuat hujan, gangguan siklon tropis biasanya menyebabkan:

Gelombang tinggi

  • Angin kencang dan badai
  • Gangguan pelayaran dan penyeberangan
  • Risiko bagi nelayan

BMKG menegaskan bahwa saat monsun Asia berada dalam fase kuat, peluang kemunculan siklon tropis juga meningkat sehingga pemantauan harian menjadi krusial.

Risiko Cuaca Ekstrem Meningkat Jika Empat Fenomena Terjadi Bersamaan

Ketika keempat fenomena atmosfer ini menguat pada periode yang berdekatan, potensi hujan lebat hingga cuaca ekstrem akan meningkat dan dapat meluas ke banyak wilayah Indonesia.

Dampak yang mungkin muncul meliputi:

  • Banjir dan banjir bandang
  • Tanah longsor
  • Petir dan angin kencang
  • Gelombang tinggi di pesisir selatan

Mengantisipasi potensi cuaca ekstrem Desember tersebut, BMKG mengimbau pemerintah daerah untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi. Langkah yang disarankan antara lain:

  • Perbaikan dan pembersihan drainase
  • Inspeksi area dengan risiko longsor
  • Edukasi dan sosialisasi risiko kepada masyarakat

Dengan memahami dinamika atmosfer yang terjadi pada Desember 2025, masyarakat diharapkan lebih waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampaknya.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Nadia Lisa Rahman
Editor
Nadia Lisa Rahman
Reporter