INFOTANGERANG.ID- Bulan puasa Ramadhan 2025 tinggal menghitung hari lagi.
Ramadhan yang merupakan salah satu bulan mulia dalam kalender Hijriah ini sudah banyak ditunggu-tungguh oleh umat Islam diseluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Bulan puasa Ramadhan 2025 di Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan keanekaragamannya, mulai dari tradisi, adat istiadat, suku, hingga organisasi keagamaannya membuat terkadang pelaksanaan ibadah puasa ini sering berbeda.
Seperti pada tahun ini, organisasi keagamaan Muhammadiyah telah mengumumkan kapan pelaksanaan awal puasa Ramadhan hingga pelaksanaan Idul Fitri 2025.
Sementara warga Nahdlatul Ulama (NU), belum menentukan kapan awal puasa Ramadhan 2025 akan dilaksanakan.
Kapan Jadwal Puasa Ramadhan 2025 NU?
Dalam menetapkan 1 Ramadan 1446 H, Nahdlatul Ulama (NU) menggunakan metode rukyat dan hisab, sebagaimana yang juga diterapkan oleh pemerintah dalam menentukan hilal.
Keputusan ini ditetapkan oleh Lembaga Falakiyah PBNU dengan melakukan pengamatan secara serentak di berbagai lokasi.
Titik pemantauan umumnya berada di kawasan pantai yang menghadap ke arah barat atau di gedung-gedung tinggi yang memiliki pandangan luas ke ufuk barat.
Biasanya, NU akan turut serta mengikuti hasil keputusan sidang isbat sebagai penentuan awal puasa Ramadhan 2025 sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Agama.
Metode Hisab dalam Penentuan Awal Bulan
Melansir dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), istilah hisab secara bahasa berarti menghitung.
Sesuai dengan namanya, metode hisab dalam menentukan awal bulan mengandalkan perhitungan falak atau ilmu astronomi.
Hasil perhitungan ini digunakan untuk memastikan keberadaan hilal tanpa perlu melihatnya secara langsung.
Dengan kata lain, metode hisab memungkinkan penetapan awal bulan hanya berdasarkan perhitungan sistematis.
Muhammadiyah dikenal sebagai salah satu organisasi Islam yang menerapkan metode ini dalam menentukan awal bulan.
Melansir dari situs resminya, alasan Muhammadiyah menggunakan metode ini karena mengacu pada Surah Ar-Rahman ayat 5 dan surah Yunus ayat 5.
Surah Ar-Rahman Ayat 5:
اَلشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۙ
Asy-syamsu wal-qamaru bihusban.
Artinya:
Matahari dan bulan (beredar) sesuai dengan perhitungan.
Surah Yunus ayat 5:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Huwalladzi ja’alasy-syamsa dliya’aw wal-qamara nurse wa qaddarahu manazila lita’lamu ‘adadas-sinina wa-hisab, ma khalaqallahu dzalika illa bil-haqq, yufashshilul-ayati liqaumiy ya’lamun.
Artinya:
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.
Metode Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan
Sementara itu, rukyat secara bahasa berarti melihat.
Sesuai dengan maknanya, metode rukyat dilakukan dengan mengamati hilal (bulan baru) secara langsung, baik dengan mata telanjang maupun menggunakan alat bantu seperti teleskop.
Melansir dari laman resmi NU Online, hilal yang diamati dalam penentuan awal bulan adalah lengkungan bulan sabit paling tipis yang muncul di ketinggian rendah di atas ufuk barat setelah matahari terbenam.
Untuk mengamati hilal dengan metode rukyat, terdapat tiga cara yang dapat digunakan, yaitu dengan mata telanjang, bantuan alat optik seperti teleskop, atau perangkat optik modern yang terhubung dengan sensor atau kamera.
Anjuran untuk menggunakan metode rukyat dalam penentuan awal bulan juga didasarkan pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Bunyinya sebagai berikut.
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
Artinya:
Nabi SAW bersabda, atau Abul Qasim SAW telah bersabda, “Berpuasalah kalian dengan melihatnya (hilal) dan berbukalah dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang oleh awan (mendung), maka sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan Syakban menjadi tiga puluh. (HR Bukhari).
