INFOTANGERANG.ID– Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut momen libur Nataru 2024 akan dibarengi dengan curah hujan yang cukup tinggi.
Prakirawan Cuaca BMKG, Idhan Abu Bakar, menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena puncak musim hujan saat ini terjadi pada periode Desember 2024 hingga Februari 2025.
Berdasarkan laporan dari klimatologi BMKG, potensi curah hujan yang cukup tinggi saat libur Nataru 2024 akan terjadi disebagian besar wilayah Indonesia.
Pada periode Desember 2024-Februari 2025, sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi memiliki curah hujan cukup tinggi dengan durasi yang juga cukup lama.
Idhan juga mengatakan bahwa terdapat tiga bibit siklon tropis di wilayah selatan Indonesia.
Hal ini menyebabkan fenomena peningkatan curah hujan di wilayah Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Barat karena terjadi penumpukan awan-awan hujan.
Selain itu, terjadi pula fenomena sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang membawa hujan di wilayah Laut Cina Selatan.
Kondisi tersebut akhirnya turut membuat wilayah Sumatera bagian utara hingga tengah, termasuk wilayah Kalimantan Barat juga memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi.
Potensi Hujan saat Nataru 2024 Tidak Setinggi Tahun 2020
Meskipun diprediksi curah hujan cukup tinggi dengan intensitas cukup panjang, namun Idhan mengungkapkan bahwa tidak akan setinggi tahun 2019 ke 2020.
Idhan mengungkapkan hujan pada malam pergantian tahun 2019 ke 2020 tercatat sebagai hujan yang tertinggi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Hujan yang terjadi saat itu memiliki debit air 377 milimeter dalam 24 jam.
Sementara prediksi untuk pergantian tahun baru ini meskipun masih ada potensi hujan dengan itensitas tinggi, namun intensitasnya tidak setinggi dengan tahun 2020.
Curah Hujan Tinggi saat Nataru 2024 Disebabkan Fenomena La Nina Lemah
Kepala Badan BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa intensitas hujan diprakirakan akan meningkat sebanyak 20 persen saat momen Nataru 2024.
Hal ini karena selain berada di puncak musim hujan, pada momen tersebut disertai dengan fenomena La Nina lemah.
Dwikorita menyebutkan bahwa hujan diprediksi akan terjadi pada akhir Desember 2024 di sebagian besar wilayah Sumatera dan Jawa, khususnya di bagian selatan.
Sementara itu, untuk wilayah Jawa bagian tengah hingga pesisir utara diprakirakan akan mengalami puncak curah hujan tinggi pada Januari 2025.
Hal ini berarti selama mudik Nataru 2024 mulai dari tanggal 18 Desember 2024 sampai 5 Januari 2025 ini kebetulan berada pada puncak musim hujan di sebagian wilayah.
Dwikorita menyebut bahwa Sumatera dan Jawa diprediksi akan mengalami mobilitas tinggi selama Nataru 2024, dan berada dalam kondisi yang rentan terhadap cuaca ekstrem.
Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk lebih waspada terhadap potensi banjir, tanah longsor, dan gangguan lalu lintas.
Lebih lanjut, Dwikorit menyebutkan bahwa akan ada dua fenomena lain yang kemungkinan mempengaruhi curah hujan di wilayah barat Tanah Air.
Fenomena tersebut yakni seruak udara dingin dari daratan tinggi Siberia dan gerombolan awan dari Samudera Hindia.
Seruak udara dingin ini bisa menyebabkan potensi banjir yang sangat buruk di Jakarta, seperti yang terjadi pada Januari 2020.
Dwikorita bahkan menyebutkan bahwa banjir parah bisa terjadi dalam skenario terburu.
Seruak udara dingin sendiri memang menyebabkan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi, dan peningkatan curah hujan.
Sementara itu, pergerakan gerombolan awan dari barat wilayah Indonesia juga memungkinkan menyebabkan peningkatan curah hujan.
Awan tersebut diketahui telah memasuki wilayah Indonesia dan meningkatkan curah hujan, namun awan tersebut terus bergerak ke arah timur.
BMKG Siapkan 38 Posko Siaga Saat Nataru 2024
Bagi masyarakat yang berencana melakukan perjalanan saat Nataru 2024, diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terkini dan mengikuti arahan dari pihak berwenang demi keselamatan selama perjalanan.
Dwikorita menyebut bahwa BMKG telah mempersiapkan posko siaga di berbagai lokasi strategis untuk mengantisipasi cuaca ekstrem selama periode mudik Nataru 2024.
Posko utama BMKG tersebut berada di tingkat nasional di Kantor Pusat BMKG.
Selain itu, ada posko gabungan dengan Kementerian Perhubungan dan Kantor ASDP Dermaga Dua Pelabuhan Merak.
Setidaknya ada 38 posko telah disiapkan di seluruh statiun BMKG di 38 provinsi.
Sementara untuk posko gabungan berada di 13 pelabuhan dan 96 bandara, untuk mendukung kelancaran arus mudik.