INFOTANGERANG.ID- Presiden Prabowo Subianto memberikan penilaian terhadap kinerjanya selama kurang lebih lima bulan menjabat sebagai kepala pemerintahan.
Dalam wawancara dengan 7 jurnalis senior di Hambalang, Jawa Barat, pada Minggu, 6 April 2025, Prabowo menyebut bahwa ia memberi nilai enam dari sepuluh untuk dirinya sendiri.
Penilaian tersebut disampaikan Prabowo Subianto secara terbuka dan ia merasa cukup bangga dengan capaian tersebut, meskipun belum maksimal.
Menurut Prabowo, angka enam yang ia berikan sudah melampaui ambang batas atau passing grade, sehingga ia tidak perlu menjalani perbaikan atau remedial.
Ia juga mengungkapkan keinginannya untuk bekerja lebih cepat lagi, meskipun sebagian kalangan sudah menilai ritme kerjanya saat ini tergolong tinggi.
Bahkan, ia menyebut bahwa dirinya sudah dijuluki sebagai “cowboy” dalam dunia politik karena gaya kerjanya yang cepat dan tegas.
Prabowo menambahkan bahwa pendekatan kepemimpinannya sering disebut sebagai “politik komando,” dan hal tersebut berdampak pada para menterinya yang kadang harus menerima telepon darinya hingga tengah malam.
Hal ini menunjukkan komitmen dan intensitas kerja yang ia terapkan sejak awal masa jabatannya.
Presiden Prabowo Subianto Bertemu 7 Jurnalis
Diketahui Presiden Prabowo Subianto mengadakan pertemuan dengan 7 jurnalis dari tujuh media yang berbeda di kediamannya di Hambalang, Jawa Barat, pada Minggu, 6 April 2025.
Dalam forum tersebut, ketujuh jurnalis melakukan wawancara bersama dengan Prabowo dan mengajukan berbagai pertanyaan seputar isu-isu terkini.
Momen wawancara itu turut diunggah oleh Prabowo melalui akun Instagram resminya, @Prabowo, pada hari yang sama.
Dalam unggahan tersebut, terlihat sejumlah tokoh media yang hadir, di antaranya Pemimpin Redaksi (Pemred) detikcom Alfito Deannova Gintings, Pemred tvOne Lalu Mara Satriawangsa, Pemred IDN Times Uni Lubis, serta pendiri Narasi, Najwa Shihab.
Selain itu, turut hadir juga Pemred Harian Kompas Sutta Dharmasaputra, Pemred SCTV-Indosiar Retno Pinasti, dan News Anchor TVRI Valerina Daniel yang bertindak sebagai moderator dalam sesi tersebut.
Dalam wawancara tersebut, Presiden Prabowo Subianto menyoroti berbagai isu yang berkaitan dengan dinamika ekonomi dan politik, baik di tingkat nasional maupun global.
Beberapa isu yang dibahas antara lain penolakan terhadap pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) TNI serta kebijakan tarif impor resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat.
Prabowo juga menanggapi pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi, terkait kasus teror pengiriman kepala babi ke kantor media dan jurnalis Tempo.
Ia menganggap respons Hasan yang menyarankan agar kepala babi tersebut dimasak sebagai hal yang tidak tepat.
Menurutnya, pernyataan itu menunjukkan kekeliruan, yang mungkin disebabkan oleh latar belakang Hasan yang sebelumnya lebih akrab dengan dunia akademik dan belum sepenuhnya menyesuaikan diri dengan tuntutan komunikasi publik di lingkup pemerintahan.
Lebih lanjut, Prabowo mengaku terkejut atas insiden pengiriman kepala babi tersebut.
Ia menduga tindakan tersebut dilakukan sebagai bentuk provokasi yang bertujuan menciptakan konflik atau adu domba.
Terkait dengan pembahasan RUU TNI yang berlangsung cepat di DPR bersama pemerintah, Prabowo menegaskan bahwa hal itu tidak dimaksudkan untuk menghidupkan kembali dwifungsi TNI.
Ia menekankan bahwa tujuan utama dari RUU tersebut adalah untuk mengatur perpanjangan usia pensiun bagi prajurit TNI.
Prabowo menilai anggapan bahwa pengesahan RUU ini akan membawa kembali peran ganda militer di ranah sipil merupakan hal yang tidak logis.
Ia juga menegaskan komitmennya terhadap prinsip supremasi sipil, dengan menyebut dirinya sebagai bagian dari jajaran militer yang turut mendukung reformasi.
Dalam konteks itu, Prabowo menyinggung masa lalu ketika Presiden BJ Habibie mencopotnya dari jabatan di militer, dan menyatakan bahwa dirinya menerima keputusan tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap kepemimpinan sipil.
