infotangerang.net – pengalaman buruk di alami tim medis di provinsi banten yang harus diusir dari kontrakan nya karena sang pemilik takut tertular virus corona (covid-19).
padahal mereka merupakan garda terdepan melawan virus covid-19, namun justru diperlakukan kurang baik oleh masyarakat.
seperti mengutip dari kabar6.com salah satu tim medis yang enggan disebutkan namanya mengaku diusir dari kos-kosan karena pemilik khawatir tertular covid-19.
“Saya dan kawan-kawan tidak dapat kosan, alasan pemilik kosan khawatir ada penularan, setelah tahu kamu bekerja menangani pasien Covid-19,” katanya saat dikonfirmasi sejumlah awak media, Kamis kemarin.
menurutnya hingga saat ini belum ada tempat tinggal khusus sesuai standar operasional prosedur bahkan tempat yang dijanjikan oleh pemprov banten hingga saat ini belum dapat ditempati oleh para tenaga medis.
ia mengatakan jika pemprov banten kurang mengharagai para tenaga medis sehingga mereka kebingunan dalam mencari tempat tinggal terlebih mereka harus menjaga keluarganya agar tidak tertular covid-19.
“Saya takut menulari keluarga karena harus bolak-balik dengan kendaraan (motor) sendiri dari rumah sakit ke rumah bersama keluarga. Apa boleh buat karena tidak ada tempat khusus buat kami,” ujarnya.
Melati mengaku pemerintah belum bisa menerapkan standar keamanan dan kesehatan, untuk mengurangi penularan covid-19 di Tanah Jawara. Dimana, Wahidin Halim selaku Gubernur Banten, kini lebih banyak berdiam diri di rumah dinasnya.
ia membandingkan kinerja gubernur banten yang lamban berbeda dengan wilayah lainnya yang sangat pro aktif turun ke lapangan.
Bahkan RSUD Banten sebagai rumah sakit utama perawatan pasien covid-19 kehilangan 40 tenaga kebersihan yang mengundurkan diri karena ketakutan tertular covid-19.
Sehingga, selain merawat pasien, tenaga medis pun harus ikut membersihkan rumah sakit.
“Kami tidak meminta fasilitas nyaman, tapi kami minta penuhi saja standar keamanan supaya penularan tidak semakin luas. Sebelum efektif jadi RS Covid-19, ada sekitar 40 orang mundur kerja. Akibatnya kami yang harus membuang sendiri sampah medis dengan APD, bayangkan harus berjalan sampai ke IPAL,” jelasnya.(map)
Tinggalkan Balasan