INFOTANGERANG.ID– Adab suami terhadap istri dipertanyakan oleh netizen setelah viral video Gus Miftah menoyor kepala sang istri, Ning Astuti, disebuah acara
Video tersebut tersebar luas di media sosial dimana nampak Gus Miftah yang terlihat berada di samping istrinta kemudian menggoyangkan kepala istrinya hingga beberapa kali dengan cukup kencang.
Video tersebut membuat spekulasi dikalangan netizen tentang adab suami terhadap istrinya, apalagi hal tersebut dilakukan oleh pemuka agama yang membantah bahwa itu merupakan tindakan gemasnya kepada sang istri.
Lalu bagaimana hukum Islam memandang hal tersebut? Berikut penjelasan mengenai adab suami terhadap istri dalam pandangan Islam.
Adab Suami Terhadap Istri
Agama Islam sendiri mengajarkan bagaimana kedudukan suami dan istri dalam sebuah pernikahan, yakni sama dan setara.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Al-Adab fid Din dalam Maimu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali, menjelaskan mengenai apa saja adab seorang suami terhadap istrinya.
آداب الرجل مع زوجته: حسن العشرة، ولطافة الكلمة، وإظهار المودة، والبسط في الخلوة، والتغافل عن الزلة وإقالة العثرة، وصيانة عرضها، وقلة مجادلتها، وبذل المؤونة بلا بخل لها، وإكرام أهلها، ودوام الوعد الجميل، وشدة الغيرة عليها
Artinya: “Adab suami terhadap Istri, yakni: berinteraksi dengan baik, bertutur kata yang lembut, menunjukkan cinta kasih, bersikap lapang ketika sendiri, tidak terlalu sering mempersoalkan kesalahan, memaafkan jika istri berbuat salah, menjaga harta istri, tidak banyak mendebat, mengeluarkan biaya untuk kebutuhan istri secara tidak bakhil, memuliakan keluarga istri, senantiasa memberi janji yang baik, dan selalu bersemangat terhadap istri.”
1. Memperlakukan Istri Sebaik-baiknya
Seorang suami haruslah mempunyai sifat serta perilaku yang baik kepada istrinya.
Apalagi dengan ikatan suci pernikahan yang mana ketika mengucapkan ijab kabul telah berjanji dihadapan keluarga serta Allah SWT, bahwa akan membahagiakan istrinya.
2. Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Bijak
Salah satu ciri seorang suami dan pemimpin yang memiliki perilaku yang baik adalah bersikap bijak.
Hal ini berarti suami selalu musyawarah dengan sang istri mengenai setiap keputusan yang menyangkut rumah tangga, serta mengdengarkan pendapatnya.
Selain itu, yang terpenting yaitu suami juga harus menjaga keluarganya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh SWT.
Selalu mengingatkan istri dan anak untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
3. Memberikan Nafkah
Memberikan nafkah merupakan salah satu bentuk keseriusan dari seorang suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga.
Suami harus benar-benar memperhatikan baik sandang, pangan, dan papan bagi istri dan juga anak-anaknya.
Dalam mencari nafkah ini, Allah juga akan memberikan balasan luar biasa di dunia juga di akhirat ketika suami tulus dan ikhlas mencari rezeki untuk keluarganya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi)” (HR. Muslim no. 995).
4. Membantu Pekerjaan Rumah
Ada anggapan umum bahwa suami seharusnya bekerja di luar rumah, sementara istri bertugas mengurus rumah tangga.
Namun, pandangan ini perlu diluruskan. Dalam pernikahan, suami dan istri adalah mitra yang bekerja sama untuk menjalankan rumah tangga.
Keduanya dianjurkan saling membantu dalam berbagai pekerjaan, terutama jika memang diperlukan.
Contoh terbaik dapat dilihat dari kehidupan rumah tangga Rasulullah.
Di tengah kesibukan beliau dalam berdakwah, Rasulullah tetap menyempatkan diri melakukan pekerjaan rumah, seperti menyiapkan makanan dan menjahit sandal.
Seperti dalam hadist disebutkan:
عن عروة قال قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ قَالَتْ مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember” (HR Ibnu Hibban).
5. Memiliki Etika yang Baik
Etika ini termasuk ke dalam ucapan, tindakan, sikap dan sifat yang dilakukan oleh suami.
Salah satu etika yang baik adalah tidak melakukan tindakan yang membuat sang istri tidak nyaman, apalagi sampai melakukan kekerasan (KDRT).
Hal ini seperti apa yang diminta oleh Rasulullah mengenai larangan suami untuk tidak memukul istri atau bersikap kasar padanya. Rasulullah SAW bersabda:
لاَ يَجْلِدُ أَحَدُكُمُ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ، ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِي آخِرِ الْيَوْمِ
Janganlah salah seorang dari kalian memukul istrinya seperti ia memukul seorang budak, sedangkan di penghujung hari ia pun menggaulinya (HR. Bukhari no. 5204).
6. Menggunakan Cara yang Baik untuk Menasehati Istri
Khusus untuk suami, jika istri melakukan kesalahan atau tindakan yang tidak baik, hendaklah bersabar dan nasihati mereka dengan cara yang baik.
Jangan bersikap terlalu kasar karena akan melukai sang istri.
Serta jangan pula kesalahan yang dilakukan istri tidak ditanggapi dengan bijak, juga akan melukai hati istri dan memperkeruh suasana.
7. Tulus Mencintai Karena Allah
Seorang istri akan sangat senang jika ia dicintai karena Allah SWT, bukan karena harta, rupa, atau nasabnya.
Seperti Rasulullah yang selalu mencerminkan bahwa beliau senantiasa mencintai istrinya.
Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadist nabi:
“Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling kau cintai?, Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “bapaknya.” (HR Bukhari dan Muslim)
8. Setiap pada Istri
Kesetiaan adalah kondisi emosional yang membuat seseorang tidak bisa melepaskan apa yang sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Dalam kehidupan berumah tangga, kesetiaan berarti tetap memegang teguh komitmen yang telah disepakati.
Serta bertahan dalam suka dan duka untuk mencapai impian dan harapan bersama, meskipun masing-masing pasangan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Suami dan istri harus berkomitmen untuk saling menjaga kesetiaan.
Apapun tantangan yang dihadapi, mereka harus selalu bersatu untuk mengatasinya.
9. Hindari Hal-Hal yang Menyebabkan Konflik
Kehidupan rumah tangga tidak selalu tenang, ada saatnya damai dan ada pula saatnya penuh gejolak. Konflik bisa muncul dari hal-hal kecil maupun besar.
Dalam buku Psikologi Keluarga karya Hj. Ulfiah, terdapat 9 faktor penyebab konflik dalam keluarga, yaitu:
- Komunikasi yang buruk
- Pertentangan antara orang tua dan anak
- Masalah keuangan
- Kecemburuan
- Rasa superior
- Perselingkuhan
- Kekerasan dalam rumah tangga
- Campur tangan orang tua
- Poligami
1 Komentar