Infotangerang.id- Indonesia masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan potensi anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas, saat ini jumlah anak penyandang disabilitas di Indonesia sekitar 2,2 juta jiwa atau 3,3 persen dari total jumlah anak.
Kebutuhan akan penerimaan lingkungan sekitarnya tidak hanya berdampak pada tumbuh kembang anak, tapi juga pada efek psikologis.
Implementasi pendidikan terhadap daya kreatifitas anak berkebutuhan khusus menjadi target bersama.
Hal ini menjadi pokok pembahasan dalam acara Talk Show yang di gelar oleh Sekolah Surya Bangsa (SSB) bertema “Setiap Anak Istimewa, Setiap Anak Berharga”, digelar pada hari Sabtu pagi, 19 Oktober 2024 di Maxxbox, Lippo Karawaci, Tangerang.
Turut hadir sebagai pembicara dalam acara talkshow, Didik Setyabudi, S.Pd selaku pengawas SKH provinsi Banten, Claudia Inkiriwang selaku pendiri Sekolah Surya Bangsa, dr. Marshalla Agnes, M.Sc, SP.a. selaku dokter anak dari Rumah Sakit Melati dan Anastasia selaku orangtua orang tua murid anak berkebutuhan khusus.
Didik Setyabudi selaku Pengawas Sekolah Kebutuhan Khusus, dalam paparannya mengatakan acara ini sangat menarik dan penting buat orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, sekaligus mengetahui kemampuan dan kreatifitas anak.
“Acara ini sangat baik karena sebagai orangtua kita harus lebih tanggap sasmita, terhadap pengembangan bakat dan meningkatkan kemampuan anak, dalam menyampaikan informasi, tentang seberapa penting implementasi pendidikan terhadap daya kreatifitas anak, menjadi hal yang relevan dan perlu di kembangkan,” papar Didik.
Dalam kesehariannya, anak-anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus belum sepenuhnya diterima di masyarakat, jalur pendidikan dan sekolah dapat menjadi ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri dan potensi pribadi.
Berdasarkan data per Desember 2023, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), ada 40.164 satuan pendidikan (sekolah) formal di Indonesia yang memiliki siswa berkebutuhan khusus (disabilitas).
“Pemerintah mulai memperhatikan sekolah khusus dengan banyak bantuan, dengan dana alokasi khusus kemudian yang berupa fisik maupun berupa alat didik. itu sudah sudah tersalurkan kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan, tersebar sekitar 117 SKH di Banten, dan terus jadi perhatian pemerintah saat ini” imbuh Didik.
Anak Berkebutuhan Khusus belum sepenuhnya diterima di masyarakat
Di sisi lain, tercatat ada 5.956 sekolah atau 14,83 persen dari total sekolah yang memiliki guru pembimbing khusus bagi anak berkebutuhan khusus.
Melihat perkembangan ini, Claudia Inkiriwang selaku pendiri Sekolah Surya Bangsa mengatakan, acara sharing dan edukasi ini diadakan, untuk memberi inspirasi bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, bahwa anak – anak ini juga memiliki kemampuan untuk hidup mandiri, bahagia dan sukses.
“Kita perlu dan terus melakukan komunikasi antar sekolah dan orangtua, guna memberikan yang terbaik terkait materi pendidikan, tenaga pendidik dan kelengkapan alat bantu sekolah. Harapannya lingkungan, sekolah, komunitas juga ikut mendukung dan memberi kesempatan, terutama bagi anak – anak berkebutuhan khusus untuk terus berkarya dan berdampak bagi keluarga, lingkungan sekitar dan bangsa.
Berbagai kegiatan seni dan atraksi kreatif di tampilkan dalam acara talkshow tersebut, antara lain anak sekolah TK, SD dan sekolah berkebutuhan khusus (SKH) dari Sekolah Surya Bangsa (SSB), mulai dari tari tarian, permainan angklung, gamelan, aksi permainan piano, drum, bernyanyi dan lainnya, membuat suasana semakin meriah dan mendapat apresiasi dari peserta acara dan pengunjung mal.
Anastasia selaku orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus mengatakan, acara ini baik untuk terus diadakan, untuk sosialisasi dan jalur komunikasi bagi orangtua murid untuk memberikan masukan dan harapannya ke sekolah.
“Melalui SKH anak-anak mendapatkan iklim belajar yang baik, dengan guru yang terampil dan mampu mendidik dengan treatment khusus, sehingga orangtua semakin nyaman dan yakin dengan belajar di SKH, anaknya mampu mandiri, kreatif tidak tergantung dengan orangtua dan orang lain,” pungkasnya.