INFOTANGERANG.ID- Dua orang peracik di laboratorium Sabu di Tangerang berhasil ditangkap BNN.
Keduanya yakni, IM sebagai peracik (koki) dan DF yang bertanggung jawab atas distribusi hasil produksinya.
Fakta mengejutkan dalam kasus laboratorium Sabu di Tangerang muncul ketika diketahui bahwa IM merupakan residivis dalam kasus serupa.
“Kokinya, saudara IM, ini adalah residivis dalam kasus yang sama. Artinya, ini bukan pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini,” ungkap Kepala BNN, Komjen Suyudi Ario Seto, saat berada di lokasi penggerebekan pada Sabtu, 18 Oktober 2025.
Laboratorium Sabu di Tangerang Gunakan Ribuan Obat Asma Jadi Bahan Sabu
Dalam proses produksinya, pelaku memanfaatkan obat-obatan asma sebagai bahan baku utama. Tak tanggung-tanggung, 15.000 butir pil asma diekstrak untuk menghasilkan sekitar 1 kilogram ephedrine murni, zat kimia dasar yang biasa digunakan dalam pembuatan sabu.
“Obat-obatan dan alat produksi mereka beli secara online. Ini jaringan yang sudah paham cara memproduksi dan mendistribusikan barang secara diam-diam,” jelas Suyudi.
Omzet Miliaran, Dipasarkan Secara Online
Dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku diketahui telah beroperasi selama enam bulan terakhir. Selama periode itu, mereka berhasil meraup keuntungan sekitar Rp 1 miliar.
Sistem distribusi sabu dilakukan secara online dengan metode yang terstruktur. Barang diantarkan melalui sistem “drop point”, di mana lokasi transaksi ditentukan terlebih dahulu, kemudian pelaku dan pembeli bertemu tanpa kontak langsung.
“Pemasarannya dilakukan lewat handphone. Mereka atur titik temu, pelaku pantau dari jauh, dan barang diambil oleh pembeli. Tapi ada juga yang diserahkan langsung,” tambah Suyudi.
Dalam penggerebekan tersebut, petugas BNN menyita sejumlah barang bukti yang digunakan untuk produksi narkoba, di antaranya:
- 162,02 gram kristal methamphetamine (Met)
- 1.066 gram ephedrine
- 1.053 ml acetine
- 400 ml asam sulfat
- 3.434 ml toluena
- Peralatan laboratorium lengkap
- BNN saat ini tengah melakukan pendalaman untuk mengungkap jaringan yang lebih luas di balik kasus ini.
Pengungkapan laboratorium sabu di Tangerang menjadi alarm keras bagi masyarakat dan pemerintah, bahwa kejahatan narkotika kini menyusup hingga ke lingkungan yang tak terduga.
Bahkan, seorang residivis bisa kembali beraksi dengan metode yang lebih canggih dan terorganisir.
Masyarakat diminta aktif melaporkan aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitarnya. Keberhasilan BNN dalam pengungkapan ini menjadi bukti pentingnya kerja sama antara intelijen, pengawasan digital, dan kepekaan warga.
