Infotangerang.id- Baru-baru ini viral di media sosial, tindakan juragan kos makan daging kucing di Gunung Pati Semarang, yang diklaim sebagai obat diabetes.

Dalam video amatir yang beredar di sosial media, terlihat juragan kost tersebut tampak menikmati daging kucing dengan sepiring nasi.

Dengan telanjang dada di halaman belakang rumahnya yang terletak di Kelurahan Sekaran, Gunungpati tepatnya di belakang kampus UNNES, juragan kos tersebut sempat ditanyai penghuni kos kenapa tega memakan daging tersebut dan menjawab untuk mengobati penyakit diabetes yang dideritanya.

Berdasar kasus tersebut, pihak kepolisian setempat bersama tim Inafis Polrestabes Semarang mendatangi lokasi tersebut.

Kapolsek Gunungpati, Kompol Agung Raharjo mengatakan bahwa pelaku pemakan kucing yang merupakan pemilik kos tersebut bernama NY (63).

“Itu kucing liar yang mondar mandir di sekitar. Jadi sebenarnya kucing liar tapi sering datang kesini dan anak kos ngasih makan. Terus ketahuan itu,” katanya.

Usai diamankan, dirinya menyebut bahwa pelaku mengaku sudah berkali-kali memakan daging kucing dengan alasan untuk mengobati sakit diabetes.

“Pelaku mengakui sudah mengkonsumsi daging kucing berkali-kali kurang lebih 10 kali dalam 1 tahun. Saya tanya, kenapa kok makan daging kucing, katanya untuk menurunkan kadar gulanya,” ucapnya.

Tak hanya pelaku, polisi juga mengamakan sejumlah barang bukti termasuk sisa tulang kucing, tempat memasak daging kucing dan senjata yang digunakan untuk membunuh kucing itu.

“Kami juga amankan, tulang, terus tulang bekas dimakan. Ada magicom untuk memasak, kemudian sabit, palu terus parut itu untuk mengeksekusi,” jelasnya.

Untuk pelaku saat ini sudah mendekam di Polrestabes Semarang dan sedang dilakukan pemeriksaan oleh Sat Reskrim untuk penyelidikan lebih lanjut.

Apakah daging kucing bisa mengobati penyakit diabetes?

Mengutip dari web Unair, Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner SIKIA, Prima Ayu Wibawati drh M Si mengatakan konsumsi daging kucing sangatlah tidak etis.

Melihat UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang diubah dengan UU 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009.

Ternak memanglah hewan peliharaan, namun diperuntukkan untuk pangan manusia.

“Dari UU itu, daging kucing bukan produk hewan yang masuk kriteria dikonsumsi manusia. Jadi ini merupakan tindakan penyalahgunaan. Apapun alasan memakan daging kucing hanyalah dalih untuk menghalalkan dan membenarkan pendapat pengkonsumsi tersebut,” jelasnya.

Prima menyebutkan kucing memang tidak ada standarisasi pemotongan hingga pemakaiannya. Sehingga memang tidak ada jaminan keamanan untuk dikonsumsi manusia.

“Sudah jelas jaminan keamanannya tidak ada. Mulai dari penangkapan, transportasi ternak hingga bagaimana cara penyembelihannya, kita gak tau. Mungkin saja kucing membawa bibit penyakit,” sebutnya.

Potensi Bahaya Meat Borne Disease

Potensi zoonosis terpampang nyata dari kegiatan konsumsi daging kucing, karena tidak memiliki standarisasi jaminan keamanan pangan.

Berbagai penyakit meat borne disease seperti Tuberculosis, Brucellosis, Salmonellosis, Botulism, Staphylococcal Meat Intoxication, Taeniasis, Trichinosis hingga Clostridiosis berpotensi menginfeksi pengkonsumsi daging kucing.

Bahkan infeksi rabies pun dapat menyerang.

Baca berita lainnya di Infotangerang dan Tangselife

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Nadia Lisa Rahman
Editor