INFOTANGERANG.ID- Sejumlah masjid tertua di Tangerang Raya ini telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah.

Tangerang Raya yang meliputi Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang, tidak hanya dikenal dengan perkembangannya yang pesat, tetapi juga memiliki warisan budaya yang kaya.

Salah satu bentuk warisan budaya, yakni masjid tertua di Tangerang Raya yang tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga memiliki sejarah panjang sehingga coock dijadikan tempat wisata religi.

Berikut ini sejumlah masjid tertua yang ada di Tangerang Raya yang memiliki sejarah panjang dan bisa dijadikan destinasi wisata religi.

5 Masjid Tertua di Tangerang Raya

Menjadi masjid tertua di Tangerang Raya, masjid-masjid ini tetap berdiri teguh sebagai simbol spiritualitas dan identitas budaya masyarakat setempat.

Mengunjungi masjid-masjid tua ini adalah cara yang tepat untuk lebih mengenal sejarah dan kearifan lokal yang ada di Tangerang Raya.

Adapun daftar masjid-masjidnya adalah sebagai berikut:

1. Masjid Jami Kalipasir

masjid tertua di tangerang raya
Masjid Jami Kalipasir (facebook About Tangerang)

Masjid Jami Kalipasir merupakan masjid tertua yang ada di Tangerang Raya dan telah menyimpan sejarah peradaban Islam Kota Tangerang.

Masjid ini beridir sejak tahun 1576 Masehi, dan menjadi simbol keharmoni antaretnis dan umat beragama yang ada di Tangerang.

Masjid Jami Kalipasir ini memiliki struktur bangunan bercorak Tionghoa, dalam bentuk pagoda di atap kubah masjid berwarna emas.

Masjid Kalipasir memiliki daya tarik unik pada empat pilar kayunya yang kokoh.

Selain itu, terdapat 11 kolom yang berbentuk seperti ladam kuda, dengan lima kolom di sisi selatan dan enam kolom di sisi timur.

Di bagian atas lengkungan kolom tersebut, terdapat list setengah lingkaran berwarna-warni dengan diameter sekitar 2-3 cm.

Masjid ini telah menjadi destinasi wisata religi yang populer, dikunjungi oleh berbagai kalangan usia dan berasal dari berbagai daerah.

Masjid Jami Kalipasir ini terletak di Jalan Kalipasir RT 002/RW 004, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

2. Masjid Al-Muttaqin Desa Lengkong

masjid tertua di tangerang raya
Masjid Al-Muttaqin Desa Lengkong

Masjid Al-Muttaqin Desa Lengkong menjadi salah satu saksi bisu sejarah perjuangan masyarakat Banten dalam melawan Belanda serta simbol dakwah Islam yang dilakukan oleh Raden Aria Wangsakara.

Masjid yang berada di Kampung Lengkong Ulama, Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang itu kono sudah dibangun sejak 1618 Masehi.

Masjid ini didirikan oleh Raden Aria Wangsakara yang merupakan tokoh keturunan dari Raja Sumedang Larang, yaitu Sultan Syarif Abdulrohman.

Raden Aria Wangsakara juga merupakan salah satu dari tiga Aria yang menjadi tonggak awal berdirinya Tangerang, yang dulu berpusat di Kabupaten Tangerang.

Masjid Al-Muttaqin Desa Lengkong ini pernah terancam rata dengan tanah karena pembangunan yang dilakukan pengembangan di Kabupaten Tangerang.

Beruntungnya, rencana tersebut gagal karena wilayah itu dijadikan sebagai cagar budaya berupa taman makam pahlawan yang merupakan makam dari Raden Aria Wangsakara.

Saat ini Masjid Al-Muttaqin Desa Lengkong memiliki dua lantai dan memiliki warna khas cokelat muda dan cream.

Ada kubah besar di atasnya dan satu menara dengan tinggi sekira 22 meter.

3. Masjid Raya Al-Ikhlas Cilenggang

masjid tertua di tangerang raya
Masjid Raya Al-Ikhlas Cilenggang

Seperti namanya, Masjid Raya ini berada di Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan.

Masjid yang memiliki bangunan dua lantai ini, sekilas memang tampak biasa saja, terlebih letaknya yang berada di dalam gang selebar dua meter.

Namun siapa sangka, Masjid Raya Al-Ikhlas Cilenggang ini di sebut-sebut sebagai masjid tertua di Tangerang Selatan dan menjadi jantung penyebaan Islam di kawasan Serpong dan sekitarnya.

Masjid ini didirikan tahun 1669 Masehi, dan menyimpan cerita menarik mengenai kisah cinta seorang pangeran dari Kesultanan Banten.

Melansir dari Kompas.com, Masjid Raya Al-Ikhlas Cilenggang merupakan mas kawin dari Tubagus Atif, pangeran Kesultanan Banten ke-6 untuk seorang wanita pribumi bernama Siti Almiah.

Sayangnya, masjid ini telah ratusan kali mengalami renovasi sehingga tak menyisakan bentuk awal saat masjid ini pertama kali didirikan.

Peninggalan bersejarah yang masih ada di masjid tersbeut hanya bedug yang masih dipertahankan dan dipergunakan hingga saat ini untuk mengumandangkan adzan.

4. Masjid Agung Al – Ittihad

masjid tertua di tangerang raya
Masjid Agung Al – Ittihad (dokumen pemerintah kota tangerang)

Kemegahan Masjid Agung Al – Ittihad ini telah tersooroh seantero Tangerang Raya.

Masjid yang berdiri pada tahun 1961 silam ini, menjadi salah satu pusat keagamaan yang merepresentasikan akulturasi budaya dan menjadi salah satu ikon multikulturalisme di Kota Tangerang.

Hal ini tercermin dari bentuk kubah yang tidak bulat seperti masjid-masjid pada umumnya, melainkan berbentuk kerucut seperti atap pagoda khas kebudayaan Tionghoa (China Banteng) di Kota Tangerang.

Masjid Agung Al – Ittihad yang berada di dekat Kawasan Pasar Lama ini dikenal sebagai titik nol kilometer di kawasan Tangerang Raya, yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah semata, melainkan ikon wisata sejarah, budaya dan religi di Kota Tangerang.

Masjid ini berlokasi di Jalan Kisamaun, No. 1, Sukarasa, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

5. Masjid Pintu Seribu

masjid tertua di tangerang raya
Masjid Pintu Seribu

Masjid Pintu Seribu yang berada di Kota Tangerang ini menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di ujung barat Pulau Jawa.

Berdiri pada tahun 1978 Masehi, masjid ini didirikan oleh Syekh Ami Al-Faqir Mahdi Hasan Al-Qudrotillah Al-Muqoddam, yang merupakan keturunan keenam dari Syekh Syarif Hidayatullah Cirebon atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.

Salah satu hal yang menarik perhatian pengunjung adalah penamaan Masjid Seribu Pintu.

Nama ini diberikan karena tidak ada yang mengetahui secara pasti jumlah pintu yang dimiliki masjid ini, termasuk pengelolanya.

Uniknya, pembangunan masjid ini dilakukan tanpa gambar rancangan atau desain dasar yang menunjukkan corak arsitektur tertentu.

Beberapa gerbangnya memiliki ornamen khas arsitektur Baroque, sementara yang lain justru menyerupai gaya arsitektur Maya dan Aztec.

Selain dikenal dengan banyaknya pintu, masjid ini juga memiliki ruang bawah tanah yang menyimpan tasbih berukuran sebesar kepala bayi dengan 99 butir bertuliskan asmaul husna.

Dahulu masjid ini kurang populer, namun seiring berjalannya waktu dan setelah mendapat publikasi dari berbagai media, masjid ini mulai menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah, bahkan hingga ke tingkat internasional.

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Iis Suryani
Editor
Iis Suryani
Reporter