Bunuh Dirinya Qu Yuan, Penasehat pada masa Dinasti Couw

Infotangerang.idFestival Peh Cun bermula dari tutur kata bahasa hokkian, yakni Peh Liong Cun yang memiliki arti perlombaan perahu naga atau Duan Wu Jie yang dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 dalam kalender lunar.

Festival Peh Cun memiliki sejarah tersendiri, karena tepat pada tanggal 5 bulan 5 diyakini sebagai hari tragis bunuh dirinya seorang menteri besar atau penasehat pada masa Dinasti Couw bernama Qu Yuan.

Qu Yuan juga dikenal lantaran berhasil mempersatukan enam negeri ke dalam Negeri Cho untuk menyerang Negeri Chien. Orang-orang Negeri Chien kemudian menyerang balik dengan menyebarkan fitnah kepada Qu Yuan. Qu Yuan akhirnya terusir dari negerinya, mengalami pengkhiatan dari negerinya sendiri.

Penasehat pada masa Dinasti Couw bernama Qu Yuan

Setelah lama, Qu Yuan akhirnya mendengar kabar bahwa Ibukota Negeri Cho hancur diserang Negeri Chien. Dalam tangis kelu dan amarah bisu, Qu Yuan membacakan sajaknya yang berjudul “Li Sao” yang berarti “Jatuh Dalam Kesukaran” di depan banyak orang.

Orang-orang tertegun mendengar sajak Qu Yuan yang mencurahkan perasaan cinta terhadap tanah air dan rakyatnya. Qu Yuan merasa sangat menyesal karena tidak dapat menyelamatkan negerinya.

Dia menjauh dari keramaian, lalu menceburkan diri ke dalam arus sungai yang mengalir deras. Beberapa orang yang sempat melihatnya berusaha menolong dan mencari, tapi usaha tersebut gagal.

Bakcang dalam Perayaan Peh Cun

Setelah kejadian itu, penduduk melempar sebuah makanan yang terbuat dari beras dan daging (kalau kini disebut dengan bacang). Ini dilakukan agar jasad Qu Yuan tidak dimakan hewan predator sungai tersebut.

Bermula dari kisah inilah lahir perayaan Peh Cun dengan ciri khasnya yakni perlombaan perahu naga dan memakan bacang.

Bakcang Pada Festival Peh Cun

Uniknya, bacang tidak hanya dikonsumsi, tapi digunakan dalam upacara perayaannya. Mulai dari digantung di teras rumah hingga turut dilarung di sungai, dengan kepercayaan bahwa naga air tidak akan memakan jasad Qu Yuan karena tersayat oleh daun bambu yang menjadi pembungkus dari bacang itu sendiri.

Festival Peh Cun Tertua ada di Tangerang

Hubungan masyarakat Tionghoa dengan masyarakat Tangerang yang terlihat akrab, memicu peleburan budaya di antara keduanya.

Ini terlihat dalam festival Peh Cun sebagai pesta musim panas tahunan di Kota Tangerang. Perayaan ini sangat sakral karena mampu menghubungkan dengan para leluhur masyarakat Tionghoa.

Menariknya khusus di Kota Tangerang, perayaan Peh Cun tak sekadar dirayakan oleh masyarakat Cina Benteng, tapi telah menjadi festival tahunan di Tangerang.

Perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Keberadaan tradisi Peh Cun ini berdasarkan cerita sejarah mengenai perahu naga Empeh Pe Cun yang disumbang oleh Kapitan Oey Khe Tay kepada Kelenteng Boen Tek Bio pada abad ke-19.

Festival Peh Cun 2

Tahun 1911, perahu tersebut ikut dalam lomba perahu Peh Cun namun mengalami kecelakaan sehingga patah dua namun tetap melanjutkan perlombaan dan menang. Hingga saat ini sisa-sisa perahu tersebut masih ada dan disimpan oleh keturunan pemimpin Kelenteng Boen Tek Bio.

Perayaan yang digelar rutin oleh perkumpulan Boen Tek Bio ini selalu diisi oleh berbagai ritual dan tradisi unik. Sebelum diadakan di Sungai Cisadane, perayaan ini diadakan di kawasan Kota, Jakarta. Tapi karena sungai di sana mengalami pendangkalan, perayaan Peh Cun dipindahkan ke Sungai Cisadane.

Lomba Perahu Naga

Dalam pelaksanaannya, setiap perahu naga diisi oleh 13 pendayung lengkap dengan seragamnya. Di dalam perahu tersebut biasanya sudah tersedia kuliner khas, yaitu Bacang, sejenis kuliner berisi nasi yang di dalamnya diisi daging cincang kemudian dibungkus dengan daun berbentuk segi lima.

Adanya kuliner Bacang dimaknai sebagai sebuah penghormatan kepada Qu Yuan. Sebelum pelaksanaan lomba, setiap pendayung menikmati terlebih dahulu kuliner Bacang tersebut.

Rangkaian Festival Peh Cun Lainnya

Festival Peh Cun tidak saja dikenal sebagai ajang perlombaan perahu naga saja, namun juga terdapat rangakaian upacara lain. Misalnya, memandikan sebuah perahu naga yang dikeramatkan, berdoa sebelum memulai rangkaian acara. Lalu juga ada acara melemparkan bacang ke sungai.

Kemudian ada pula mendirikan telur, memetik tanaman obat. Ada pula mandi tepat di siang hari, dan sebagai puncak dari rangkaiannya ialah perlombaan perahu naga.

Festival Peh Cun ini juga dimeriahkan oleh barongsai dan iringan musik gambang kromong. Peserta saling berlomba memperebutkan batang bambu berdaun yang diikat dengan sapu tangan atau kain cita. Sebelum puncak acara, masyarakat mengadakan prosesi mandi ditengah hari. Tujuannya agar memperoleh rezeki berlimpah, panjang umur, dan mudah mendapatkan jodoh.

92727 ea571676ce9b75b0730a5d56350ae93e 92727

Kemeriahan selama pelaksanaan perayaan dalam tradisi Peh Cun dimaknai sebagai sebuah penghormatan kepada sang leluhur sekaligus menjaga pelestarian tradisi oleh masyarakat setempat (Cina Benteng) yang dilakukan hingga saat ini.

Seiring perjalanan waktu, perayaan Peh Cun yang semakin mengakar di masyarakat Tangerang membuat perayaan ini menjadi festival yang menarik.

Penyelenggaraannya pun menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Kota Tangerang. Tapi yang terpenting, perayaan Peh Cun merupakan sikap menghayati kembali nilai-nilai patriotisme Qu Yuan sambil terus melestarikan Sungai Cisadane agar tetap asri dan bersih.

Baca berita lainnya di Tangselife.com dan Infotangerang.id

Dapatkan Berita Terbaru lainya dengan Mengikuti Google News Infotangerang
sosmed-whatsapp-green Follow WhatsApp Channel Infotangerang
Follow
Nadia Lisa Rahman
Editor